Page 31 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 31
menyeret Lolotabang ke dalam istana. Wanita malang itu menjerit-
jerit, tetapi tidak mampu melawan lelaki tua yang tenaganya
masih sangat kuat itu. Keduanya segera menghilang di balik pintu
istana yang segera ditutup rapat. Dari luar terdengar jelas raungan
Lolotabang memanggil-manggil nama adiknya itu.
Para pengawal segera melaksanakan perintah sang tuan.
Mereka mengikat kedua tangan Biuqbiuq dan mendorongnya ke
bawah kolong istana yang gelap. Biuqbiuq terjerembab di tanah
yang dingin. Ia hanya mampu menangis sampai letih dan tertidur.
Senja mulai merambat. Hari mulai gelap. Istana yang
indah itu sepi. Tidak ada lagi jeritan atau tangisan seperti
beberapa waktu sebelumnya. Baik Biuqbiuq maupun Lolotabang
telah tertidur lelap karena kelelahan yang mendera jiwa dan raga
mereka.
“Tik tik tik!”
Biuqbiuq terbangun ketika beberapa tetes air jatuh di atas
kepalanya. Ia mendongak mencari asal air itu. Dalam keremangan
malam samar-samar matanya menangkap cahaya yang menembus
dari sela-sela lantai istana. Ia juga melihat air menetes dari
sana. Ternyata, di ruangan di atas kepalanya, seseorang sedang
menjatuhkan air sedikit demi sedikit melalui celah lantai kayu
yang agak renggang.
“Biuqbiuq! Biuqbiuq!” terdengar panggilan berbisik dari
balik lantai.
“Kak Lolotabang!” Biuqbiuq merasa gembira.
25