Page 26 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 26
“Kakak, terima kasih telah membantuku menemukanmu!”
ia berkata sendiri.
Kemudian Biuqbiuq mengikuti petunjuk yang ia yakini
telah ditinggalkan sang kakak. Ternyata istana persembunyian
Tuan Bangsawan sangat jauh dari desanya. Setelah seharian
berjalan akhirnya ia tiba di sebuah istana yang terlindungi dari
pandangan mata oleh pohon-pohon besar yang berbaris rapat.
Istana itu tidak sebesar istana Tuan Bangsawan yang pernah dilihat
oleh Biuqbiuq, tetapi tetap tidak kehilangan pesona kemegahan
dan keanggunannya. Beberapa orang pengawal tampak berjaga-
jaga di sekeliling pagar istana.
Suasana sekitar istana sunyi, hanya terdengar gemerisik
dedaunan pohon yang saling bergesekan dan kicauan burung
yang berloncat-loncatan dari ranting ke ranting. Angin berhembus
sepoi-sepoi. Benar-benar tempat yang sangat nyaman untuk
beristirahat. Akan tetapi, Biuqbiuq tidak lupa dengan tujuannya
datang ke sana, menjemput kakaknya kembali.
Ia mengamati keadaan sekelilingnya dari balik sebatang
pohon. Ia belum bisa memutuskan cara membebaskan
kakaknya dari tangan Tuan Bangsawan. Lolotabang pasti telah
disembunyikan di sebuah kamar di dalam istana itu. Tak terasa
air matanya mengalir di kedua belah pipinya mengingat nasib
kakaknya itu.
“Ya Tuhan, mohon lindungi kakak hamba dari segala
marabahaya, amin!” doa Biuqbiuq dalam hati.
20