Page 11 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 11
gontai mereka melanjutkan aktivitas hari itu dengan kepala
digayuti berbagai macam pikiran.
Dua hari telah berlalu. Tidak ada hal aneh yang menimpa
mereka berdua. Tidak ada desas-desus tentang Tuan Bangsawan.
Selama dua malam berturut-turut mereka tidak dapat tidur
nyenyak memikirkan rencana Tuan Bangsawan terhadap
Lolotabang. Kini mereka dapat bernapas lega. Mungkin Tuan
Bangsawan terpesona dengan kepandaian Lolotabang menenun
kain sehingga ia menatapnya lama. Mungkin ketakutan tak
beralasan mereka timbul dari rasa segan dan hormat yang terlalu
besar kepada Tuan Bangsawan.
Hari ini Biuqbiuq sangat senang. Ia telah membersihkan
rumah dan halaman, menimba air di sumur dan memasak
makanan yang enak-enak. Ia melakukan semua pekerjaannya
sambil bernyanyi riang. Lolotabang ikut gembira, terbawa suasana
suka-cita yang ditebarkan adiknya. Ia menenun kain di beranda
rumah sambil mendendangkan sepotong lagu rakyat.
Tiba-tiba keriangan suasana di rumah kecil itu terusik
oleh kedatangan sebuah kereta kuda. Di belakang kereta kuda
berwarna emas itu beberapa pengawal berlari-lari kecil mengikuti.
Mata indah Lolotabang membulat, nyanyiannya tercekat. Biuqbiuq
seketika membeku sambil mencengkeram kuat-kuat pinggiran
nyiru beras yang tadi ditampihnya.
“Tuan Bangsawan!”
Kedua kakak beradik itu terpaku di tempatnya. Kereta kuda
itu berhenti tepat di depan halaman rumah. Mereka menyaksikan
5