Page 35 - Tembok Kayu Berdasar Batu
P. 35

menangis, Bimo pun segera memeluk sang Bapak. Bimo turut
               menangis, namun tangisan haru dan bahagia.

                       Pak  Dimas  bersalaman  dengan  Bapak  untuk  undur
               diri. Bimo pun ikut bersalaman dengan Pak Dimas sekaligus
               mencium  tangan  kanan  Pak  Dimas  sembari  berkata  “Pak

               Dimas,  Terimakasih”.  Pak  Dimas  pun  pergi.  Keesokan
               paginya, sesuai dengan janji Pak Dimas beliau sudah datang

               menjemput  Bimo.  Bimo  yang  sedari  semalam  tidurnya
               nyenyak diselimuti rasa bahagia yang mendalam karena Bimo
               akhirnya  bisa  masuk  sekolah.  Penuh  semangat  mengenakan
               seragam sekolah baru sedang menunggu Pak Dimas di depan

               rumah. “Bimo, apakah sarapannya sudah dihabiskan?” tanya
               Bapak dari belakang rumah. “Sudah Bapak, sarapannya habis

               sudah  Bimo  makan”,  sahut  Bimo.  Pak  Dimas  yang  ikut
               mendengar pertanyaan Bapak lalu mengatakan kepada Bimo
               “Anak  hebat”  sambil  tersenyum.  “Sarapan  bikin  semangat,

               sekarang sudah siap ke sekolah?” lanjut tanya Pak Dimas ke
               Bimo.  Dengan  mengganggukkan  kepala  Bimo  menyahut
               “Sudah  Pak”.  Bimo  pun  berlari  menuju  belakang  rumah

               untuk memberitahukan Pak Dimas sudah datang menjemput.
               Bapak  pun  menyusul  ke  depan  rumah.  Bapak  berpesan
               kepada  Bimo  “Sekolahlah  yang  rajin,  harus  selalu  belajar,

               menurut  dengan  guru  karena  pengganti  orang  tua  saat  di
               sekolah itu guru”,  Bimo memeluk Bapak erat-erat. “Akhirnya

                                                                        35
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40