Page 20 - E-Modul Sejarah Perjuangan R.M Tirto Adhi Soerdjo
P. 20

Cursus  (lembaga  kursus)  untuk  orang  dewasa  atau  para  pelajar  yang  tidak  diterima  di
                   sekolahan Belanda.

                4. Mengadakan beasiswa untuk para pelajar yang berprestasi. Uang yang diperolah dari beasiswa

                   itu tidak dikembalikan.
                5. Membuka taman bacaan yang menyediakan beberapa jenis  buku yang bermanfaat.  Taman

                   bacaan ini bukan hanya untuk para pelajar saja namun semua anggota perhimpunan Sarekat
                   Prijaji juga ikut memanfaatkannya.


                        Perkembangan Sarekat Prijaji mulai mengelami penurunan. Hal ini disebabkan karena

                Tirto Adhi Soerdjo sebagai pencetus Sarekat Prijaji lebih fokus kepada surat kabar Medan prijaji.
                Selain  itu  karena  Sarekat  Prijaji  kehilangan  dua  tokoh  sentralnya  yaitu  Raden  Mas

                Prawirodiningrat  dan  Taidji’in  Moehadjilin  yang  meninggal  dunia  disaat  Sarekat  Prijaji
                membutuhkan keberadaannya.


                        Ketika  Sarekat  prijaji  mulai  redup  dan  nyaris  tidak  terdengar  lagi,  Boedi  Utomo

                dicetuskan di STOVIA Batavia pada 20 mei 1908. Beberapa pengurus Sarekat prijaji juga tampak
                bergabung dengan Boedi Utomo, tidak terkecuali Tirto Adhi Soerdjo yang menjadi anggota Boedi

                Utomo  cabang  Bandung.  Tirto  Adhi  Soerdjo  sangat  menghargai  lahirnya  Boedi  Utomo.  Hal
                tersebut  tampak  ketika  Tirto  Adhi  Soerdjo  turut  memberikan  masukan  agar  Boedi  Utomo

                memberikan  perhatian  lebih  terhadap  pendidikan  pribumi  dengan  membuka  sekolah-sekolah,
                seperti  sekolah  pertanian,  sekolah  pertukangan,  sekolah  perdagangan,  sekolah  taman  kanak-

                kanak, dan membuka sekolah di desa-desa.


                        Seiring berjalannya waktu, terjadi perselisihan antara Tirto Adhi Soerdjo dengan para
                pengurus Boedi Utomo karena penunjukan Douwes Dekker sebagai editor majalah Boedi Utomo.

                Sikap keberatan Tirto Adhi Soerdjo akan penunjukkan Douwes Dekker bukan karena rasisme,
                tetapi kektidaksesuaian dengan kesepakatan yang telah di sepakati para pengurus sebelumnya.

                Hal itu memicu terjadinya pemboikotan majalah Medan Prijaji oleh pihak para pengurus Boedi

                Utomo,  dimana  pihak  Boedi  Utomo  memberhentikan  pemberian  laporan  setiap  kegiatannya



                                                                  10
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25