Page 15 - E-Modul Sejarah Perjuangan R.M Tirto Adhi Soerdjo
P. 15
jarang Tirto Adhi Soerdjo juga menyisipkan tulisan seperti cerita pendek ataupun cerita
pewayangan dengan dibumbui kritikan-kritikan terhadap pemerintah hindia belanda.
Tidak hanya itu, Tirto Adhi Soerdjo juga menulis ilmu yang didapatkan sewaktu sekolah
di STOVIA seperti tentang kesehatan dan pengobatan. Bahkan rtikel-artikel perihal
keterampilan masak-masak, sulam-menyulam, jahit-menjahit dan urusan rumah tangga
juga termuat dalam Soenda Berita.
Dengan pembawaannya sebagai seorang bangsawan yang berkepribadian hangat
dan ramah, Tirto Adhi Soerdjo dapat dengan mudah mendekati kaum bangsawan untuk
berlangganan dengan media yang dipimpinnya. Diantara kaum bangsawan yang
berlangganan dengan surat kabar Soenda Berita antara lain Sri Sultan Jogja, Sri Susuhan
Solo, Sultan Kutai, Sultan Deli, Sultan Pontianak, Sultan Siak, Mangkubumi Solo dan
Kanjeng Adipati Sosrodiningrat. Selain itu, untuk menarik minat pembaca, Tirto Adhi
Soerdjo menggunakan strategi pendekatan kepadad kaum pribumi dengan memberi
slogan Soenda Berita sebagai surat kabar kepoenjaan kami priboemi. Soenda Berita
dijadikan sebagai identitas pribumi karena menjadi suratkabar pribumi pertama sehingga
tidak mengherankan jika Soenda Berita betul-betul dapat menarik banyak pelanggan baik
dari golongan bangsawan sampai pada kalangan rakyat biasa dari kaum pribumi.
Tirto Adhi Soerdjo tidak hanya menggunakan surat kabar Soenda Berita hanya
sebagai mata pencaharian saja, melainkan sebagai wadah untuk menumbuhkan
kecerdasan bangsa dan kesadaran bangsa untuk lepas dari cengkraman kolonialisme
Belanda. Untuk mempertahankan keberlangsungan surat kabar Soenda Berita, Tirto Adhi
Soerdjo menjalankan sistem iklan dengan beberapa perusahaan besar, seperti toko jam
Tio Tek Hong, Oger Freres, Asuransi Eigen Hulp, Grand Hotel Java, Geo Wehry & Co
dan lain-lain. Dana dari hasil promosi melalui iklan, digunakan untuk menutup biaya
produksi. Walaupun, pada akhirnya Soenda Berita tetap mengalami masa krisis akibat
kurangnya pendanaan. Akibatnya, pada tahun 1904 terjadi pemindahan kantor percetakan
yang awalnya berada di Cianjur dipindahkan ke percetakaan milik F.B Smits di Betawi.
Ditengah Ditengah krisis yang dialami oleh Soenda Berita, Tirto Adhi Soerdjo justru
5