Page 18 - E-Modul Sejarah Perjuangan R.M Tirto Adhi Soerdjo
P. 18

Tingginya intensitas Tirto Adhi Soerdjo dalam mengkritik  pemerintah Kolonial
                        Belanda, menjadikan ia kerap mendapat penyiksaan dan jerat hukum kolonial yang sering

                        dituduhkan  kepadanya.  Seperti  kejadian  di  Purworejo  ketika  ia  mengkritisi  kasus

                        penyalahgunaan wewenang oleh A Simon (Aspiran Kotrolir) tentang pengangkatan Lurah
                        di  Bapangan.  Dimana,  A  Simon  (Aspiran  Kotrolir)  melakukan  diskriminasi  dan

                        pemberian hukuman kepada Mas Soerodimedjo sebagai calon lurah yang didukung oleh
                        masyarakat tanpa didasari alasan yang jelas. Melihat penyalahgunaan wewenang itu Tirto

                        Adhi  Soerjo  menyebut  A  Simon  sebagai  snotaap  (monyet  ingusan)  dalam  tulisannya
                        (dinukil dari Medan Prijaji, no 19 dan 20, tahun III, 1909, hlm, 224-235 dan 224-258,

                        dengan judul asli “Presdelict: Oempatan dan Penistaan: Aspirant Controleur A. Simon

                        contra R.M Tirto Adhi Soerjo, Hoofdredaktur Medan Prijaji” (Arifin 2018:30). Sehingga
                        pada  tanggal  18  oktober  1909,  Tirto  Adhi  Soerdjo  mendapatkan  hukuman  berupa

                        pengasingan di Teluk Betung, Lampung.

                              Walaupun berada di pengasingan, jiwa jurnalis yang dimiliki Tirto Adhi Soerdjo
                        untuk terus menyarakan keadilan tidak serta merta padam. Selama di pengasingan, Tirto

                        Adhi Soerdjo terus menulis hingga tulisan-tulisannya kemudian diberi judul “Oleh-oleh
                        dari tempat pembuangan”. Salah satu peristiwa yang ditulis Tirto Adhi Soerdjo terkait

                        kekejaman  seorang  oknum  Eropa  yang  mempekerjakan  bangsa  Tionghoa  selama
                        berbulan-bulan tetapi tidak memberikan upah, dan memperlakukan buruh tersebut dengan

                        kejam sehingga 3 diantara buruh itu meninggal dunia. Tirto Adhi Soerdjo juga mengkritisi

                        sikap pemerintah kolonial Belanda yang bungkam dan tidak mengusut peristiwa tersebut.
                        Selain itu, pihak kolonial Belanda juga tidak memberikan perlindungan kepada buruh

                        tersebut.
                              Dari  hal  tersebut,  dapat  diketahui  tentang  sosok  Tirto  Adhi  Soerdjo  yang

                        merupakan perintis pers nasional yang memperjuangkan hak-hak kaum tertindas dengan
                        tetap menggelorakan konsep kebangsaan tanpa membedakan agama, ras dan status sosial.

                        Tirto Adhi Soerjo telah berhasil menanamkan benih-benih kesadaran kebangasaan atau

                        nasionalisme  melalui  surat  kabarnya,  kemudian  semangat  kesadaran  kebangsaan  itu

                                                                  8
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23