Page 2 - stunting di indonesia
P. 2
Volume 1│Nomor 1│Juli 2019 Journal of Political Issues − 3
Kejadian balita pendek atau biasa dengan bangsa lain dalam menghadapi
disebut dengan stunting merupakan salah tantangan global. Maka, untuk mencegah
satu masalah gizi yang dialami oleh balita hal tersebut permasalahan stunting mesti
di dunia saat ini. Pada tahun 2017, 22,2% segera diatasi secara serius.
atau sekitar 150,8 juta balita di dunia Pengalaman dan bukti
mengalami stunting. Pada tahun 2017, Internasional menunjukkan bahwa
lebih dari setengah balita stunting di dunia stunting dapat menghambat pertumbuhan
berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih ekonomi dan menurunkan produktivitas
dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. pasar kerja, sehingga mengakibatkan
Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, hilangnya 11% GDP (Gross Domestic
proporsi terbanyak berasal dari Asia Products) serta mengurangi pendapatan
Selatan (58,7%) dan proporsi paling pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu,
sedikit di Asia Tengah (0,9%). Data stunting juga dapat berkontribusi pada
Prevalensi balita stunting yang melebarnya kesenjangan/ inequality,
dikumpulkan World Health Organization sehingga mengurangi 10% dari total
(WHO) menunjukkan bahwa Indonesia pendapatan seumur hidup dan juga
termasuk ke dalam negara ketiga dengan menyebabkan kemiskinan antar-generasi
prevalensi tertinggi di regional Asia (10 Kabupaten/Koota Prioritas untuk
Tenggara/South-East Asia Regional Itervensi Anak Kerdil (Stunting), 2017).
(SEAR). Rata-rata prevalensi balita Generasi yang tumbuh optimal
stunting di Indonesia tahun 2005-2017 alias tidak stunting memiliki tingkat
adalah 36,4% (Situasi Balita Pendek kecerdasan yang lebih baik, akan
(Stunting) di Indonesia, 2018) . memberikan daya saing yang baik
Di Indonesia, stunting merupakan dibidang pembangunan dan ekonomi.
masalah serius dan juga merupakan Disamping itu, pertumbuhan optimal
masalah gizi utama yang sedang dihadapi dapat mengurangi beban terhadap risiko
(Situasi Balita Pendek (Stunting) di penyakit degeneratif sebagai dampak sisa
Indonesia, 2018). Bila masalah ini bersifat yang terbawa dari dalam kandungan.
kronis, maka akan memengaruhi fungsi Penyakit degeneratif seperti diabetes,
kognitif yakni tingkat kecerdasan yang hipertensi, jantung, ginjal, merupakan
rendah dan berdampak pada kualitas penyakit yang membutuhkan biaya
sumberdaya manusia. Masalah stunting pengobatan yang tinggi. Dengan
memiliki dampak yang cukup serius; demikian, bila pertumbuhan stunting
antara lain, jangka pendek terkait dengan dapat dicegah, maka diharapkan
morbiditas dan mortalitas pada bayi/balita, pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik,
jangka menengah terkait dengan tanpa dibebani oleh biaya-biaya
intelektualitas dan kemampuan kognitif pengobatan terhadap penyakit degeneratif
yang rendah, dan jangka panjang terkait (Aryastami, 2017).
dengan kualitas sumberdaya manusia dan Sebenarnya, telah banyak upaya
masalah penyakit degeneratif di usia yang dilakukan oleh pemerintah untuk
dewasa (Aryastami, 2017). menurunkan angka stunting di Indonesia.
Sementara itu, anak merupakan Hal ini terlihat dari turunnya prevalensi
aset bangsa di masa depan. Bisa Balita stunting dari 37,2% pada tahun
dibayangkan, bagaimana kondisi sumber 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018.
daya manusia Indonesia di masa Prevalensi Baduta stunting juga
mendatang jika saat ini banyak anak mengalami penurunan dari 32,8% pada
Indonesia yang menderita stunting. tahun 2013 menjadi 29,9% pada tahun
Bangsa ini akan tidak mampu bersaing 2018 (Satriawan, 2018). Namun meski
Doi: https://doi.org/10.33019/jpi.v1i1.2
Copyright (c) 2019 Rini Archda Saputri, Jeki Tumangger
E-ISSN:2685-7766