Page 151 - Buku 9
P. 151
Dana desa untuk Posyandu memang tidak besar, kare-
na keterbatasan ADD yang dikelola desa. Dana insentif un-
tuk setiap kader tidak lebih dari Rp 150 ribu per tahun per
orang. Dana untuk makanan tambahan tidak lebih dari Rp
500 ribu. Insentif hanya salah satu faktor pendorong kegigi-
han dan dedikasi para kader posyandu dalam melayani dan
menggerakkan kesehatan. Semangat volutanrisme warga
jauh lebih kuat daripada insentif yang diberikan oleh desa
maupun pemda. Studi Yayasan Cendana Mekar (2014) di 8
desa di Sumba menunjukkan bahwa para kader posyandu
berhasil menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk me-
melihara kesehatan diri antara lain dengan memanfaatkan
fasilitas publik seperti posyandu maupun memberikan pen-
yuluhan tentang makanan bergizi. Para ibu hamil dan anak-
anak diadvokasi untuk memeriksa kesehatan secara rutin di
posyandu. Mereka juga berhasil menumbuhkan semangat
warga dalam memanfaatkan sumber daya lokal yang terse-
dia, seperti mengolah pangan lokal yang bergizi untuk men-
cukupi kebutuhan gizi bayi dan balita.
Di Desa Oleominana, Kupang, para kader perempuan
melakukan gerakan membentuk jejaring siaga dusun,
melakukan survei mawas diri untuk menunjukkan kualitas
kesehatan desa, menghimpun dasolin (dana solidaritas ibu
bersalin) dan tabulin (tabungan ibu bersalin). Desa Kaset-
nana, TTS, menghadirkan inovasi dan revitalisai posyandu
sebagai pusat informasi dan konseling bagi anak dan per-
empuan. Para kader juga menggerakkan pengembangan
usaha ekonomi bagi ibu-ibu rumah tangga, terutama yang
memiliki balita (arisan, simpan pinjam, pertanian dan usaha
150 REGULASI BARU,DESA BARU

