Page 51 - Buku 9
P. 51

Ketundukan  desa dihadapan hukum sungguh  berbeda
           dengan ketundukan desa secara langsung dihadapan hirar-
           ki kekuasaan. Wujud ketundukan Desa dihadapan hukum
           adalah bahwa Peraturan Desa, termasuk Perdes Desa Adat,
           harus tunduk pada norma hukum positif yang ada diatasn-
           ya. Pemerintah Daerah akan mengatur  desa  berdasarkan
           hukum (Perda). Meskipun demikian, sesuai dengan prinsip
           demokrasi, desa berhak terlibat aktif mempengaruhi peru-
           musan Perda.
              Jika  desa dibandingkan  dengan daerah tampak  berbe-
           da bahwa desa mengandung unsur ”prakarsa masyarakat,
           hak  asalusul, dan/atau hak  tradisional”  yang diakui dan
           dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
           Republik Indonesia. Pertama, frasa ”prakarsa masyarakat,
           hak asal usul, dan/atau hak tradisional” mempunyai makna
           bahwa keberadaan dan kewenangan desa sudah ada sebe-
           lum adanya negara, sebagai warisan masa lalu dan berkem-
           bang dinamis karena prakarsa masyarakat setempat. Den-
           gan demikian masyarakat membentuk keberadaan desa dan
           kewenangan desa. Kedua, jika daerah dibentuk oleh nega-
           ra dan memperoleh penyerahan (desentralisasi) kewenan-
           gan dari pemerintah pusat, maka keberadaan desa dan ke-
           wenangan desa berangkat dari  prakarsa  masyarakat dan
           asal-usul diakui dan dihormati oleh negara.
              Desa  maupun  daerah  sama-sama merupakan kesatuan
           masyarakat hukum. Kesatuan  masyarakat hukum adalah
           organisasi kekuasaan atau organisasi pemerintahan.  Na-
           mun Daerah otonom sebagai ”kesatuan masyarakat hukum”



           50                                          REGULASI BARU,DESA BARU
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56