Page 54 - Buku 9
P. 54
Sudah banyak studi memberikan catatan kritis terhadap
pendekatan negara membangun desa itu. Clifford Geertz
(1980, 2000), dalam bukunya yang terkenal Negara Teater,
berujar berikut ini:
Negara – yang sewenang-wenang, kejam, hirarkhis kaku,
tetapi pada dasarnya berlebihan – menunggangi “komunisme
patriarkal” masyarakat desa, memperoleh makan darinya, dan
sekali-sekali merusaknya, tetapi tidak pernah benar-benar
berhasil masuk ke dalamnya. Negara adalah impor dari luar dan
merupakan gangguan eksternal, selalu mencoba menyerap desa
tetapi tidak pernah berhasil kecuali ketika menindas.
Berbeda dengan cara pandang negara membangun desa,
Bruce Mitchell (1994), telah menunjukkan bahwa keari-
fan lokal dan struktur pemerintahan tradisional Bali, yang
mengutamakan kerjasama, konsensus dan keseimbangan,
telah memberikan fondasi yang kuat bagi pembangunan
desa yang berkelanjutan. Sebaliknya keputusan pemba-
ngunan yang berasal dari luar desa justru menimbulkan
masalah dalam inisiatif pembangunan lokal. Studi Sutoro
Eko dan Borni Kurniawan (Bappenas 2010) di lima daerah
(Serdang Bedagai, Gunungkidul, Jembrana, Lombok Barat,
Gowa dan Ambon) juga menunjukkan kerentanan “nega-
ra membangun desa” itu. Pertama, proyek pemberdayaan
ekonomi masyarakat desa yang bersifat intervensionis dari
negara cenderung rentan dibandingkan dengan gerakan
ekonomi yang berbasis pada emansipasi lokal. Kedua, berb-
agai institusi ekonomi lokal yang kokoh dan berkelanjutan
karena ditopang oleh fondasi dan modal sosial yang kokoh.
IDE, MISI DAN SEMANGAT UU DESA 53

