Page 77 - Buku 9
P. 77
Studi Weijland (1999) menemukan bahwa hubungan so-
sial (social bonding) di berbagai komunitas desa di Indone-
sia biasanya dimaknai sebagai “hubungan patronase dengan
hirarkhi sosial-politik, kepemilikan tanah, dan ikatan kelu-
arga”. Hubungan sosial semacam ini tentu bukanlah modal
sosial yang mengutamakan kepercayaan, jaringan inklusif
dan tanggungjawab, melainkan mengandalkan hubungan
yang eksklusif, tertutup bahkan merusak hukum. KKN (ko-
rupsi, kolusi dan nepotisme) tentu berangkat dari ikatan so-
sial semacam ini.
Studi Sarah Turner (2007) di Makassar secara khu-
sus membahas bentuk modal sosial di kalangan pengusa-
ha kecil. Studi ini menemukan bahwa pengusaha kecil di
Makassar sangat bergantung pada jaringan informal, sal-
ing keterhubungan (linkages) antara satu dengan yang lain
dan membangun kepercayaan untuk mendukung sumber
penghidupan mereka. Hubungan saling ketergantungan ini
mencerminkan bentuk modal sosial yang melekat (embed-
ded) dalam etnis lokal dan ikatan sosial (social bonding)
yang bergerak pada dua sisi sekaligus yakni inklusif pada
satu kelompok dan pada saat yang sama menjadi eksklusif
bagi orang lain.
Secara ringkas studi Turner (2007) menemukan tiga hal
penting. Pertama, faktor etnis berpengaruh kuat dalam
komunitas lokal di Makassar, yang berperan penting da-
lam menopang jaringan dan keterkaitan. Pengusaha kecil
memanfaatkan jaringan untuk mendapatkan kredit secara
informal dengan bunga yang rendah atau sama sekali tan-
76 REGULASI BARU,DESA BARU

