Page 74 - Buku 9
P. 74
Secara empirik bab ini disajikan karena dua misteri
modal sosial di Indonesia yang sungguh berbeda dengan
keyakinan teoritik. Pertama, desa-desa di Indonesia sebe-
narnya sangat kaya modal sosial tetapi juga rentan secara
sosial. Di satu sisi masyarakat desa sudah lama mempunyai
beragam ikatan sosial dan solidaritas sosial yang kuat, se-
bagai penyangga penting kegiatan pemerintahan, pemba-
ngunan dan kemasyarakatan. Swadaya dan gotong royong
telah terbukti sebagai penyangga utama “otonomi asli” desa.
Ketika kapasitas negara tidak sanggup menjangkau sampai
level desa, swadaya dan gotong royong merupakan sebuah
alternatif permanen yang memungkinkan berbagai proyek
pembangunan prasarana desa tercukupi. Di luar swadaya
dan gotong-royong, masyarakat desa mempunyai tradisi to-
long-menolong, bahu-membahu dan saling membantu an-
tarsesama, apalagi ketika terjadi musibah yang mereka lihat
secara dekat.
Tetapi di balik ikatan sosial dan solidaritas sosial yang
menyenangkan itu, masyarakat desa sering menghada-
pi berbagai kerentanan sosial (social vulnerability) yang
menyedihkan, bahkan bisa melumpuhkan ketahanan sosial
(social security) mereka. Ketahanan sosial masyarakat desa
kerapkali sangat rentan ketika menghadapi gempuran dari
luar, mulai dari regulasi dan kebijakan pemerintah, proyek
pembangunan, wabah penyakit menular, narkoba, bencana
alam, kekeringan, dan masih banyak lagi. Bahkan bantuan
dari pemerintah seperti BLT kompensasi BBM juga memu-
nculkan kerawanan sosial dalam masyarakat, misalnya da-
lam bentuk pertikaian antara warga dan aparat setempat.
IDE, MISI DAN SEMANGAT UU DESA 73

