Page 90 - Buku 9
P. 90
si welfare (kesejahteraan), serta melakukan proteksi terha-
dap wilayah, tanah air, manusia, masyarakat maupun sum-
berdaya alam.
Negara kuat adalah impian umat manusia, kecuali ma-
nusia yang membela ideologi anti negara. Manusia begitu
prihatin jika melihat negara lemah dan negara gagal. Daron
Acemoglu dan James A. Robinson (2014), dalam bukunya
Mengapa Negara Gagal, menegaskan bahwa negara gagal
vs negara sukses (kuat, makmur) sangat tergantung pada
institusi politik-ekonomi. Negara yang memiliki institu-
si politik-ekonomi inklusif, cenderung berpotensi untuk
menjadi negara sukses. Sementara negara dengan institusi
politik-ekonomi yang bersifat ekstraktif, cenderung ting-
gal menunggu waktu untuk terseret ke dalam jurang kemi-
skinan, instabilitas politik, dan berujung pada negara gagal.
Argumen itu penting untuk memahami betap pentingn-
ya satu tarikan nafas antara negara kuat, daerah kuat, desa
kuat, masyarakat kuat, warga kuat. Cara pandang kapasitas
distribusi (power to) secara inklusif, yang berbeda dengan
cara pandang akumulasi (baik akumulasi kekuasaan dan
akumulasi ekonomi) yang eksklusif dan ekstraktif, men-
gajarkan bahwa negara yang kuat bukanlah terpusat pada
institusi-institusi negara di pusat, tetapi juga disertai oleh
daerah kuat, masyarakat kuat, institusi lokal yang kuat, desa
kuat, warga yang kuat (active citizen). Formasi inklusif ten-
tu tidak datang dari atas ke bawah (top down), tetapi dari
bawah dan dari pinggir seperti pesan Nawacita: memban-
gun Indonesia dari pinggiran, dengan memperkuat daerah
IDE, MISI DAN SEMANGAT UU DESA 89

