Page 92 - Buku 9
P. 92
Menengok Kembali Desa Swasembada
Ketika pembangunan desa telah menjadi ikon Orde
Baru pada dekade 1970-an, pasca UU No. 5/1979 pemer-
intah membuat kreasi tipologi desa yang mencerminkan
pembangunan, perkembangan dan kemajuan desa. Dipen-
garuhi oleh teori modernisasi, pemerintah membuat tipolo-
gi perkembangan desa menjadi tiga: desa swadaya (desa
tradisional), desa swakarya (desa transisional) dan desa
swasembada (desa yang maju dan modern). Tipologi itu
sekaligus juga menjadi peta jalan perkembangan desa, di-
mana desa swasembada merupakan tujuan akhir pemba-
ngunan desa di Indonesia. Perbedaan ketiga tipe desa itu
kami sajikan dalam tabel 3.1.
Tipologi dan visi pembangunan desa itu lahir pada ja-
mannya, yaitu zaman Orde Baru yang mendewakan mod-
ernisasi, seraya menghindari demokrasi dan otonomi. Kalau
dibaca secara ekstrem tipologi desa itu sungguh inkonstitu-
sional, karena tidak mengandung pengakuan dan penghor-
matan terhadap adat yang menjadi roh dan jati diri desa.
Adat dianggap kuno dan menjadi penghambat pembangu-
nan, sehingga harus dimodernisasi agar adat semakin long-
gar dan tidak mengikat sebagaimana terjadi dalam desa
swasembada.
Dihadapkan pada konteks kekinian, pandangan yang
melemahkan adat itu tidak relevan. Di tengah globalisasi,
orang juga rindu dan mencari kearifan lokal yang dihadir-
kan oleh adat. Adat tidak lagi dipahami sebagai kebiasaan
lama yang kolot, tetapi dipahami sebagai nilai-nilai dan ke-
IDE, MISI DAN SEMANGAT UU DESA 91

