Page 97 - Buku 9
P. 97

sempit dengan tindakan mengisolasi desa, yang menyuruh
           dan  membiarkan desa  mengelola  dirinya sendiri  dengan
           swadaya dan gotong royong.
              Di sepanjang sejarah  intervensi  itu  yang  melemahkan
           desa, dan isolasi yang membuat desa menjadi tertinggal dan
           tidak mampu. Karena itu di era reformasi wacana dan gera-
           kan otonomi desa menguat, baik melalui eksperimentasi se-
           cara lokal maupun advokasi kebijakan terhadap RUU Desa.
           Naskah Akademik RUU Desa sangat kuat mempromosikan
           otonomi desa, meskipun di dalamnya tidak mengenal “desa
           otonom”. Ketika pembahasan RUU Desa, pemerintah, DPD
           dan DPR  sepakat  untuk menghilangkan konsep otonomi
           desa, sebab otonomi sangat politik yang  identik dengan
           desentralisasi atau daerah otonom tingkat III.
              Konsep kemandirian desa atau desa mandiri yang dia-
           manatkan UU  Desa, tentu bukan hal  baru. Konsep  yang
           nonpolitis  ini sudah  dikenal sejak 1993,  yang kemudian
           menjadi ikon dan gerakan mikro-lokal di berbagai tempat.
           Banyak institusi (pemerintah, pemerintah daerah, BUMN,
           perusahaan, lembaga donor, LSM, perguruan tinggi) yang
           ramai memperbincangkan dan menggerakkan desa mandi-
           ri. Tetapi sejauh ini tidak ada makna tunggal tentang desa
           mandiri, meskipun Bappenas bersama BPS telah mengukur
           desa mandiri dengan berbagai indikator fisik dan sektoral
           seperti kondisi fasilitas publik desa.

              Kami selalu  mengingatkan bahwa kemandirian  harus
           dibedakan dengan kesendirian dan kedirian. Kemandirian
           desa bukanlah kesendirian, bukan juga kedirian (autarchy).


           96                                          REGULASI BARU,DESA BARU
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102