Page 94 - Buku 9
P. 94

Wayan Koster mempunyai imajinasi seperti bangsa Jepang
            yang sangat modern tetapi tidak meninggalkan tradisi, dan
            tetap merawat tradisi tetapi tidak ketinggalan jaman.
               Tanpa harus dikritik dengan perspektif adat dan kearifan
            lokal, tipologi desa dan visi desa swasembada sebenarnya
            sudah  runtuh. Pada tahun 1993, ketika Inpres Desa Tert-
            inggal diluncurkan oleh pemerintah sebagai program pen-
            anggulangan kemiskinan, tipologi desa dan imajinasi desa
            swasembada sudah runtuh. Program IDT mempunyai met-
            odologi tersendiri untuk menetapkan predikat desa terting-
            gal (desa miskin), meskipun program ini juga tidak mem-
            buat tipologi  dan visi baru untuk menggantikan visi desa
            swasembada.   Kesenjangan  antara tipologi  desa  dengan
            IDT mulai tampak ketika ternyata banyak desa swasemba-
            da yang mempunyai predikat desa tertinggal setelah dinilai
            dengan metodologi IDT. Sejak saat itu tipologi desa dan visi
            desa swasembada tidak lagi dipakai oleh pemerintah, dan
            pada saat yang sama pembangunan desa (yang dipimpin
            dan berpusat pada pemerintah) digantikan dengan penang-
            gulangan kemiskinan  melalui pemberdayaan masyarakat
            (yang meminggirkan pemerintah, sekaligus pemberdayaan
            yang digerakkan dan berpusat pada masyarakat). Sekarang
            di  saat  pemerintah meninggalkan tipologi  desa,  sebuah
            lembaga negara yang sangat konservatif, yakni Badan Pu-
            sat Statistik, sampai sekarang  masih tetap  menggunakan
            tipologi lama dan mengeluarkan data tentang jumlah desa
            swadaya, swakarya dan swasembada.






            IDE, MISI DAN SEMANGAT UU DESA                          93
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99