Page 76 - cerita untuk anak cerdas
P. 76

http://www.harunyahya.com/indo/anak/cerita1/cerita1_01.html


                    menelepon.” Ibu lalu memberikan telepon pada Rasyad yang terbaring di kamar tidurnya.

                    Rasyad meraih telepon itu dan berkata pada Taufik. “Aku gembira kamu meneleponku.
                    Senang sekali mendengar suaramu.”

                    Taufik mengatakan pada Rasyad bahwa ia merasa kuatir karena tidak melihatnya sepanjang
                    liburan. Karena itu, setelah menanti beberapa hari, ia menelepon nenek Taufik dan
                    menyesal mendengar temannya sedang sakit.

                    Rasyad menjelaskan bahwa ia terkena flu yang cukup berat di awal liburan, hingga harus
                    tinggal di rumah karena doktor memerintahkannya tetap di dalam rumah, beristirahat, tidak
                    pergi ke manapun, sampai ia betul‐betul membaik. Jadi beginilah caranya menghabiskan
                    liburan.

                    “Cepat sembuh, ya,” kata Taufik. “Aku
                    ikut sedih mendengarnya. Kuharap kamu
                    akan cepat pulih.” Rasyad memberitahu
                    Taufik bahwa seluruh temannya di
                    lingkungan Taufik juga memikirkannya.
                    Kuatir bakal melelahkan Rasyad, Taufik
                    tidak ingin terlalu lama berbicara dengan
                    temannya yang sedang sakit itu.

                    Rasyad berkata, “Aku senang kamu
                    meneleponku. Sampaikan salam pada
                    teman‐teman, dan jangan lupa
                    meneleponku lagi, ya.”

                    Taufik kembali memberitahu temannya
                    agar segera membaik dan menutup telepon. Ia sangat sedih karena temannya sakit dan
                    harus menghabiskan liburannya dengan cara seperti itu.

                    Ketika Ibunya melihat bahwa anaknya tampak sedih, ia bertanya apa masalahnya. Taufik
                    memberitahu Ibunya tentang masalah yang dialami temannya. “Siapapun tahu betapa
                    membosankannya menghabiskan liburan dengan cara seperti itu. Aku membayangkan apa
                    yang bisa kulakukan untuknya,” kata Taufik.

                                              Ibunya berpikir sejenak. “Mereka tidak tinggal terlalu jauh.
                                              Kamu bisa pergi dan mengunjunginya. Ibu Rasyad adalah teman
                                              lama yang sudah lama tidak Ibu temui. Ibu bisa pergi dan
                                              sekalian bertemu dengannya.”

                                              “Wah, bakal asyik tuh, Bu. Kapan kita bisa pergi?” Taufik
                                              menyatakan kegembiraannya.

                                              “Telepon Rasyad, dan tanyakan kapan kita bisa
                                              mengunjunginya,” kata Ibunya.

                    Esoknya, Taufik menelepon Rasyad pagi‐pagi. Ia memberitahu bahwa ia ingin mengunjungi
                    Rasyad dengan Ibunya, hari berikutnya.


                    Compile by: http://ndahdien.multiply.com
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81