Page 145 - CHAIRIL ANWAR - Aku_Ini_Binatang_Jalang
P. 145

Dari  larik-larik  tersebut  jelas  bahwa,  di  samping  vitalitas,  ada
                 sisi  lain  kehidupannya  yang  tergambar  —  yang  mungkin  tidak
                 bisa terhapus dari kehidupan berkesenian di negeri ini — yakni
                 kejalangannya.  Sebagai  “binatang  jalang”-lah  Chairil  Anwar
                 merupakan lambang kesenimanan di Indo nesia.
                    Bukan  Rustam  Effendi,  Sanusi  Pane,  atau  Amir  Hamzah,
                 tetapi  Chairil  Anwar  yang  dianggap  memiliki  seperangkat
                 ciri  seniman:  tidak  memiliki  pekerjaan  tetap,  suka  keluyuran,
                 jorok, selalu kekurangan uang, penyakitan, dan tingkah lakunya
                 menjengkelkan.  Sejumlah  anekdot  telah  lahir  dari  ciri-ciri
                 tersebut.  Tampaknya  masyarakat  menganggap  bahwa  seniman
                 tidak  berminat  mengurus  jasmaninya,  dan  lebih  sering  tergoda
                 oleh khayalannya; mungkin yang paling mirip dengan golongan
                 “binatang jalang” ini adalah orang sakit jiwa.
                    Lepas  dari  benar-tidaknya  gambaran  mengenai  penyair  ini,
                 sebenarnya  penggambaran  itu  sendiri  membuktikan  adanya
                 sikap mendua terhadap seniman dalam masyarakat. Ia dikagumi
                 sekaligus  diejek;  ia  menjengkelkan,  tetapi  selalu  dimaafkan.
                 Keinginan untuk menjalani hidup dengan cara tersendiri itulah,
                 yang  sering  tidak  sesuai  dengan  cara  masyarakat  umum,  yang
                 menyebabkan kebanyakan orang sulit memahami sikapnya. Tetapi
                 mengapa Chairil Anwar yang umumnya dianggap melambangkan
                 ciri kesenimanan?

                    Pada  masa  hidup  penyair  itu,  sejumlah  seniman  kita  —
                 sastrawan,  pelukis,  dan  komponis  —  tentunya  juga  menjalani
                 hidup bohemian. Dalam bidang masing-masing, Ismail Marzuki,
                 Affandi,  dan  Sudjojono  tentu  tidak  bisa  dianggap  lebih  rendah
                 dari Chairil Anwar, namun dalam kehidupan bohemian ternyata
                 penyair  inilah  yang  dianggap  mewakili  mereka.  Hal  ini  tentu
                 erat  kaitannya  dengan  kehidupan  dan  kematiannya;  tampaknya
                 Chairil  Anwar  bisa  bergaul  dengan  seniman  dalam  bidang
                 apa  pun  sehingga  pada  zamannya  mungkin  ia  paling  banyak
                 dikenal  di  antara  mereka;  dan  ia  mati  muda.  Kematiannya  itu,
                 yang  umumnya  dipandang  sebagai  akibat  kehidupannya  yang
                 bohemian, menyebabkan gambaran tentangnya sebagai “binatang
                 jalang” tidak pernah berubah. Rekan-rekannya dikaruniai umur
                 lebih panjang, suatu hal yang tentu bisa menggeser-geser gambaran
                 masyarakat tentang mereka.
                    Chairil Anwar dan cara hidupnya yang “jalang” telah menjadi



                 120




        Buku Puisi Chairil Anwar_isi.indd   120                            6/27/11   3:42 PM
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150