Page 150 - CHAIRIL ANWAR - Aku_Ini_Binatang_Jalang
P. 150

tidak dikuasai sepenuhnya oleh yang dibacanya, tetapi berusaha
                  benar-benar  untuk  menguasainya.  Hasilnya  adalah  antara  lain
                  sajak  saduran  “Krawang-Bekasi”  (dari  karya  MacLeish)  dan
                  terjemahan “Huesca” (dari karya John Cornford, seorang penyair
                  yang tidak begitu terkenal). Sadurannya itu boleh dikatakan sudah
                  menjadi milik umum di sini, sedangkan “Huesca” membuktikan
                  keunggulannya  sebagai  penerjemah  puisi.  Dan  ia  telah  pula
                  berhasil  mencuri  dari  khasanah  sastra  dunia  demi  puisi  yang
                  ditulisnya;  kata  T.S.  Eliot,  penyair  yang  salah  sebuah  sajaknya
                  telah  diterjemahkan  Chairil  Anwar,  “penyair  teri  meminjam,
                  penyair kakap mencuri.”

                     Seperti perubahan yang sangat cepat di sekelilingnya, Chairil
                  Anwar pun tumbuh sangat cepat, dan raganya layu dengan cepat
                  pula. Ketika meninggal, mungkin sekali ia sudah berada di puncak
                  kepenyairannya, tetapi mungkin juga ia masih akan menghasilkan
                  sajak-sajak yang lebih unggul lagi seandainya dia hidup lebih lama.
                  Tetapi mungkin ia malah berhenti menulis puisi dan memasuki
                  dunia politik atau dagang seandainya dikaruniai umur panjang.
                  Sebaiknya,  kita  tidak  usah  saja  membuat  pengandaian.  Chairil
                  Anwar  tidak  bisa  bekerja  lebih  lama.  Ia  telah  meninggalkan
                  sejumlah sajak untuk kita.
                     Tidak  ada  hasil  kerja  manusia  yang  sempurna.  Sebagian
                  besar  sajak  Chairil  Anwar  mungkin  sekali  sudah  merupakan
                  masa lampau, yang tidak cukup pantas diteladani para sastrawan
                  sesudahnya. Namun, beberapa sajaknya yang terbaik menunjukkan
                  bahwa ia telah bergerak begitu cepat ke depan, sehingga bahkan
                  bagi banyak penyair masa kini taraf sajak-sajaknya tersebut bukan
                  merupakan masa lampau tetapi masa depan, yang mungkin hanya
                  bisa dicapai dengan bakat, semangat, dan kecerdasan yang tinggi.



                                                    Depok, akhir tahun 1985













                                                                       125




        Buku Puisi Chairil Anwar_isi.indd   125                            6/27/11   3:42 PM
   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155