Page 40 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 40

Karena sedang mengubah siasat perang, prajurit Majapahit
            hanya bertahan dan mundur ke belakang sampai beberapa puluh
            langkah. Namun, dalam waktu yang tidak begitu lama, tiba-tiba
            prajurit Majapahit menyerang dari arah samping bagaikan ekor
            udang  yang  menyengat  musuh-musuhnya.  Prajurit  Sumenep
            segera menarik diri,  tetapi  terlambat, mereka telah terkepung
            prajurit Majapahit. Prajurit Sumenep pun satu per satu berjatuhan
            meregang napas.

                  Setelah melihat kejadian itu, Wong Agung Marsorah, Mraja
            Dewantaka,  dan  Mraja  Dewasraya  segera  berbagi  tugas. Wong
            Agung Marsorah langsung  menyerbu induk pasukan Majapahit
            yang dipimpin oleh Layang Seta, sedangkan Layang Kumitir berada
            di sebelah kiri dan berhadapan dengan Mraja Dewantaka. Di sudut
            yang lain, Damarwulan berhadapan dengan Mraja Dewasraya.

                  Layang  Seta  begitu  yakin mengahadapi Wong Agung
            Marsorah. Ketika Wong Agung  Marsorah menyerang  dengan
            tangan kanan disertai dengan loncatan yang sangat cepat, Layang
            Seta sengaja membenturkan sikunya untuk mengetahui kekuatan
            lawan. “Dug…!” tangan dan siku bertemu, keduanya tergetar dan
            surut beberapa langkah ke belakang.

                  “Gila …, tenaganya kuat juga,” Layang Seta membatin. Mereka
            kembali berdiri dan kembali melancarkan serangan dengan jurus
            andalan masing-masing.

                  Di tempat  lain  Layang  Kumitir sedikit kewalahan
            menghadapi  Mraja  Dewantaka.  Ia  sempat  terhuyung  dan  jatuh
            terduduk ketika pukulan  Mraja Dewantaka mengenai perutnya.
            Namun, karena tidak ingin binasa, Layang Kumitir segera bangkit
            dan sesaat  kemudian melancarkan  serangan  balasan.  Tangan
            kiri  Layang Kumitir segera dijulurkannya ke depan, sedangkan
            tangan kanannya ditekuk ke arah dada. Ia kemudian meloncat dan
            menyerang Mraja Dewantaka sekuat tenaga.

                  “Ciat …, mati kau Dewantaka!”


                                         35
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45