Page 54 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 54

Walaupun pandangannya masih kabur, Damarwulan sempat
            melihat gerakan Menak Jingga yang akan menerkamnya. Dengan
            mengerahkan sisa-sisa tenaga yang masih ada, cambuk yang masih
            dipegangnya itu  pun  dipukulkannya, “Sendal  pancing, cetar...!
            cetar…! cetar…!” Tak  lama  kemudian terdengar bunyi “Bruk  ....”
            Menak Jingga jatuh terjerembab terkena cambuk Damarwulan.

                  Setelah beberapa saat bersila memusatkan nalar budinya,
            keadaan Damarwulan  pelan-pelan  membaik.  Meskipun bagian
            punggung  dan lengannya tampak  memar-memar, rasa sakit  itu
            tidak dirasakannya. Ia segera merapikan kembali ikat pinggangnya,
            tetapi ia terkejut karena senjata Menak Jingga gada wesi kuning
            masih terlilit di ikat pinggangnya. Setelah semua disimpan di balik
            bajunya, Damarwulan  segera mencari  pamannya, Sabdapalon.
            Ternyata, di pintu samping ujung ruangan itu Sabdapalon pingsan.
            Setelah  dibangunkan,  Sabdopalon  bercerita bahwa  dirinya  juga
            bertanding melawan  Dayun dan tubuh  yang  terbujur  kaku di
            pojok itu adalah mayat Dayun, pengawal setia Menak Jingga.































                                         49
                                         49
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59