Page 50 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 50
Menak Jingga mulai meningkatkan serangan-serangannya,
tetapi Damarwulan tetap dapat mengimbanginya. Suatu ketika
pukulan Damarwulan berhasil mengenai punggung Menak Jingga,
“Plak ...!” Menak Jingga hanya tergetar sedikit.
“Kuat juga orang ini.” Damarwulan membatin, “Saya harus
mengimbanginya dengan kelincahan gerak jika tidak ingin
dilumatkan oleh Menak Jingga.”
“Ayo, Damarwulan keluarkan semua ilmu simpananmu.
Tidak usah ragu-ragu!” seru Menak Jingga.
“Jangan merasa unggul dulu, Menak Jingga!” jawab
Damarwulan sambil berkelebat cepat mendekati Menak Jingga,
“Terimalah ini, wut … plak …!” Menak Jingga tertegun melihat
kecepatan gerak lawan. Ia tidak percaya dengan penglihatannya
sehingga tidak sempat menghindar ketika tangan Damarwulan
mendarat di punggungnya.
“Blug ….” Menak Jingga pun jatuh terguling-guling. Namun,
sesaat kemudian ia pun meloncat dan berdiri kembali. Matanya
merah menahan amarah. Giginya gemeretak menahan gejolak.
Kedua tangannya pun dikembangkan seolah-olah ingin menerkam
Damarwulan.
“Kurang ajar kau, Damarwulan!” kata Menak Jingga
sambil menahan marah. Ia kembali mengirim serangan ke arah
Damarwulan. Serangannya kali ini lebih dahsyat daripada serangan
sebelumnya. Menak Jinga bagaikan harimau lapar menerkam
mangsanya, sedangkan Damarwulan bagaikan rajawali terbang
lincah menghindar ke sana kemari sambil mencari kesempatan
untuk mematuk mangsanya. Pertempuran itu begitu seru dan
begitu dahsyat. Yang satu mengandalkan kekuatan otot dan yang
lain mengandalkan kelincahan gerak. Entah berapa jurus telah
mereka lalui.
45