Page 53 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 53
“Sebutlah dewa pelindungmu sebelum kaulumat di
tanganku, Damarwulan! Selama ini tak ada seorang pun yang dapat
lolos dari gada wesi kuning (gada besi kuning) ini, Damarwulan!”
kata Menak Jingga sambil mengayunkan gada kuning yang telah
lengket di tangannya. Setelah itu, ia berteriak, “Ciat …!” sambil
meloncat menghantamkan gadanya ke kepala Damarwulan
dengan sepenuh tenaga.
Dalam waktu yang sesaat Damarwulan telah mengurai ikat
pinggangnya. Ikat pinggang yang dikenakannya itu merupakan
sejata pamungkas peninggalan gurunya. Wujudnya seperti
cambuk, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai ikat pinggang. Dalam
waktu yang sekejap Damarwulan pun telah siap dengan ajian
andalannya tameng waja.
Menak Jingga sempat ragu melihat senjata Damarwulan,
Namun, ia telah membulatkan tekad untuk segera merobohkan
lawan secepatnya. Gada besi kuning milik Menak Jingga itu pun
diayunkan sekuat tenaga ke arah kepala Damarwulan. Namun,
sebelum mengenai kepala Damarwulan, tiba-tiba terdengar bunyi
cambuk yang menggelegar yang menghantam senjata andalannya
itu. “Tar ..., tar ..., tar …!” dua tenaga yang sangat kuat beradu.
Damarwulan surut beberapa langkah ke belakang. Kakinya
terasa gemetar dan kesimbangan tubuhnya goyah. Ia akhirnya
jatuh terduduk sambil tangannya masih memegang cambuk.
Sementara itu, Menak Jingga tergetar hebat. Tangannya seolah-
olah memukul dinding baja yang sangat kuat. Pukulannya
memantul mengenai tubuhnya. Ia terhuyung-huyung beberapa
langkah ke belakang sebelum akhirnya bersandar pada dinding.
Dengan tertatih-tatih, Menak Jingga berusaha bangkit. Setelah itu,
ia meloncat menerkam Damarwulan yang masih duduk terkulai.
48