Page 255 - 5f871381b4cd9c6426e115cd17c3ac43
P. 255
Kehilangan Keanekaragaman Hayati | 231
tropik. Perubahan habitat akan memengaruhi Pembangunan waduk menghambat
pola hidup dan pada akhirnya memengaruhi migrasi ikan ke hulu dan menyebabkan
jumlah populasi penyu hijau. penurunan atau bahkan kelangkaan atau
punahnya spesies yang dalam rentang
Selain penyu, beberapa jenis ikan juga
melakukan ruaya. Ada tiga pola ruaya hidupnya memerlukan suatu fase untuk
beruaya ke hilir dan ke hulu sungai (Larinier
ikan, yaitu anadromus, katadromus, dan
amphidromus. Anadromus artinya menjelang 2001). Linløkken (1993) menyatakan bahwa
dewasa ikan akan beruaya dari hulu sungai pembangunan bendungan harus menjamin
terpeliharanya proses migrasi ikan dan
ke laut dalam. Di laut dalam ikan bertelur
lalu mati. Anaknya kemudian melakukan menghindari terjadinya pemisahan populasi.
Migrasi ikan merupakan respons terhadap
perjalanan ke hulu sungai lagi. Sampai saat
ini penyebab ruaya ikan belum diketahui. kepadatan populasi serta ketersediaan pakan
Contoh ruaya pola anadromus adalah ikan yang cukup pada tempat pemijahan dan
tempat asuhan. Jika jalur migrasi terputus
sidat Anguila spp. Katadromus merupakan
pola ruaya kebalikan dari anadromus. Di oleh waduk maka keberlangsungan populasi
Indonesia tidak terdapat ruaya pola ikan akan terganggu. Jenis-jenis ikan yang
katadromus. Contoh ruaya pola katadromus rawan punah akibat dibangunnya waduk
adalah ikan salmon. Amphidromus menyeru- sehingga memutus jalur ruaya/migrasi, yaitu
sidat (Anguilla spp.) serta beberapa jenis ikan
pai anadromus, tetapi beruaya hanya sampai
ke pantai. Contoh ruaya pola amphidromus dari famili Cyprinidae yang biasa melakukan
adalah berbagai jenis ikan anggota suku ruaya potamodromous (migrasi di dalam
Gobiidae (Noerdjito dan Maryanto 2005). perairan tawar antara bagian hulu dan hilir
sungai).
Sungai merupakan salah satu perairan
darat dan perairan terbuka dengan empat Umumnya ikan air tawar berbiak dengan
dimensi, yaitu longitudinal, lateral, vertikal, strategi R, yaitu ikan memiliki daur hidup
dan temporal (Huer & Lamberti 2007). Hal relatif pendek, menghasilkan telur dalam
jumlah banyak, penetasan telur sepenuhnya
ini menyangkut faktor fisik, kimia, dan
biologi, termasuk komunitas ikan yang ada “diserahkan” kepada alam, dan berbiak cepat
di dalamnya. sesuai dengan kelimpahan pakan. Beberapa
jenis ikan melakukan penjagaan telurnya
Sementara itu, pembangunan waduk sampai menetas. Bahkan beberapa di anta-
pada sungai dapat menyebabkan fragmentasi ranya mengamankan telur serta anakannya
habitat. Keberadaan waduk menyebabkan di dalam rongga mulutnya sampai anaknya
sungai meluas dan arus melambat yang dianggap dapat bertahan hidup. Tanpa
juga berdampak pada biota akuatik terma- mendapat perlindungan di dalam rongga
suk, komunitas ikan (Yap 1999). Menurut mulut induknya kemungkinan besar telur
Pratiwi (2010), dampak negatif waduk bagi ataupun anak ikan tidak akan dapat men-
keanekaragaman hayati meliputi hilangnya capai umur dewasa. Bagi jenis-jenis ikan
jenis ikan lokal karena berubahnya hidrologi yang hidup di luar pengaruh manusia tidak
dan ekosistem sungai secara permanen, ada masalah karena telah ada mekanisme/
menurunnya kualitas air, dan terhambatnya cara perlindungan alami induk, anak, dan
aliran nutrien yang dibutuhkan. telurnya. Sebaliknya, di daerah yang telah
Craig (2011) menyebutkan bahwa sebesar dijamah manusia agar kehidupan jenis ikan
73% dari 66 kasus keberadaan waduk di du- bersangkutan dapat berlangsung maka pada
nia berdampak negatif bagi keanekaragaman musim berkembang biak masyarakat tidak
jenis ikan dan hanya 27% yang memberi diperbolehkan menangkap jenis ikan terse-
dampak positif. Terkait dampak waduk but. Permasalahannya, musim di berbagai
terhadap komunitas ikan di Indonesia, Kar- tempat di Indonesia dapat berbeda sehingga
tamihardja (2008) melaporkan bahwa dalam musim perkembangbiakan suatu jenis hayati
jangka waktu 40 tahun (1968–2007) setelah dapat berbeda. Oleh karena itu, peraturan
waduk Djuanda/Jatiluhur digenangi, terjadi pemerintah terkait hal ini harus dijabarkan
penurunan jumlah jenis ikan dari 31 jenis dengan peraturan daerah masing-masing.
menjadi 18 jenis.