Page 41 - SD_Bohong Merinang
P. 41

Dengan penuh pertimbangan, Sisennang memberanikan
            diri untuk menemui lelaki paruh baya itu di kamarnya.

            Dari luar, tampak pelita sang saudagar masih menyala.

            Sisennang berkesimpulan bahwa tuannya belum tidur.

            Suara ketukan pintu terdengar dari luar.
                “Masuklah,  Sisennang!” pinta  lelaki  berparas

            Tionghoa itu.

                Sisennang pun memasuki kamar dan duduk di tepi

            ranjang  sang  saudagar,  “Tenyata,  Tuan  juga  belum
            tidur.”

                “Ada  apa?  Sepertinya  ada  hal  penting  yang  ingin

            kausampaikan  padaku.  Malam-malam  begini  engkau

            datang menemuiku. Kau tidak sabar lagi menunggu esok
            hari,” sambut sang saudagar.

                “Hm, begini,  Tuan.  Saya  hendak  menyampaikan

            sesuatu yang sangat penting,” tutur Sisennang dengan

            gugup.
                “Sampaikan  saja!  Aku  akan  mendengarkannya,”

            kata sang saudagar.

                Sejurus Sisennang terdiam. Ia sangat menghormati

            lelaki  yang ada  di hadapannya,  lelaki  itu  sudah





                                                                       31
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46