Page 54 - SD_Bohong Merinang
P. 54

“Tidak  perlu.  Penampilannya  yang  kumal  itu
            menandakan  bahwa  dia  hanya  orang  miskin  dari

            kampung.  Apalagi  tujuannya  kalau  bukan  hendak

            meminta  uang  kepada  kita?  Kalau  tadi  dia  langsung

            saja  meminta  sedekah  padaku,  pasti  akan  kuberikan.
            Dia pakai berlagak pura-pura mencari Simpersah. Aku

            menjadi  curiga  kalau  dia  punya  niat  jahat  terhadap

            kita,” alasan Simpersah.

                “Terserahlah. Aku tetap merasa kasihan padanya,”
            sang  istri  berkata  sambil  meninggalkan  suaminya

            sendirian di ruang kerjanya.

                Setelah  seharian  berjalan,  ibu  Simpersah  merasa

            kelaparan.  Ia  beristirahat  di  sebuah  bangku  di  tepi
            jalan. Di situlah ia memakan ubi bakar yang dibawanya

            itu.  Tidak  terasa  hari  mulai  senja  dan  jalanan  sudah

            mulai  gelap, sehingga  sang  ibu  pun  berjalan  pelan-

            pelan. Karena penglihatannya sudah melemah,  ibu itu
            tidak dapat lagi melihat sesuatu dengan jelas. Ia tetap

            melangkahkan  kakinya  meskipun  tidak  tentu  arah.

            Bahkan, tidak tahu bahwa ia sudah berjalan di tengah-

            tengah pasar.





            44
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59