Page 15 - Indeks Beranotasi Karya Ki Hadjar Dewantara (2017)
P. 15

INDEKS BERANOTASI KARYA KI HADJAR DEWANTARA




               Taman  Siswa  di  Yogyakarta,  yang  mengkombinasikan  pendidikan
               modern  gaya  Eropa  dengan  seni  tradisional  Jawa.  Sejak  itu,  nama
               Soewardi Soeryaningrat berganti menjadi Ki Hajar Dewantara. Pada
               tahun 1924, sekolah ini menerima murid-murid pada tingkat setara
               MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) dan sekolah guru, tetapi
               tidak pernah mengadopsi kurikulum yang diatur pemerintah kolonial,
               juga  tidak  merasa  perlu  untuk  menerima  bantuan  subsidi  dari
               pemerintah. Sikap ini yang kemudian membawa Taman Siswa kepada
               kelompok  yang  oleh  pemerintah  kolonial  digolongkan  sebagai
               ‘sekolah  liar’,  menurut  undang-undang  yang  disebut  ‘wilde  scholen
               ordonantie’ yang dikeluarkan pada September 1932. Undang-undang
               tersebut mewajibkan pembukaan sekolah-sekolah swasta/privat yang
               tidak  mendapat  subsidi  harus  memperoleh  ijin  dari  pemerintah
               kolonial.  Reaksi keras bermunculan, terutama dari kaum pergerakan.
               Ki  Hajar  Dewantara  memimpin  kampanye  nasional  melawan
               kebijakan  tersebut,  bekerja  sama  dengan  kelompok  Islam.  Hampir
               semua  barisan  kaum  pergerakan  bergabung  dengan  kampanye  ini,
               bahkan  Budi  Utomo  ikut  menentang  kebijakan  tersebut.  Lembaga
               parlemen bentukan pemerintah kolonial, Volksraad,juga menyatakan
               tidak setuju dan pada tahun 1932 menolak anggaran pendidikan yang
               diajukan  pemerintah  Hindia-Belanda.Maka  pada  Februari  1933
               Gubernur-Jenderal  B.C.  de  Jonge  mencabut  keputusan  tentang
               sekolah liar itu.
                      Pada masa pendudukan Jepang di Jawa, Ki Hajar Dewantara
               dijadikan  tokoh  andalan  dalam  gerakan  Poetera  (Poesat  Tenaga
               Ra’jat) yang dibentuk pada awal Maret 1943. Pada Desember 1944 Ki
               Hajar  Dewantara  juga  dijadikan  penasehat  pada  Biro  Pendidikan,
               tetapi  sesudah  Djawa  Hokokaai  terbentuk,  Ki  Hajar  kembali  ke
               Yogyakarta untuk mengawal Taman Siswa melewati masa-masa sulit
               periode itu.
                      Pada  Maret  1945  bersama  sejumlah  tokoh,  selain  Sukarno
               dan Hatta, KH Agus Salim, Muh. Yamin, Abikoesno Tjokrosoejoso dan
               lainnya,  Ki  Hajar  Dewantara  ditunjuk  menjadi  anggota  Badan
               Persiapan  Usaha-Usaha  Kemerdekaan  dan  juga  Panitia  Persiapan
               Kemerdekaan  Indonesia  yang  dibentuk  pada  18  Agustus  1945.




                                              4
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20