Page 21 - Teaching Factory Pada Sekolah Menengah Kejuruan - La Resi
P. 21

G.  Mazhab Perennialisme

                         Filsafat Perennialisme adalah suatu mazhab dalam pendidikan yang
                  lahir  pada  abad  kedua  puluh  yang  menitikberatkan  pada  kepercayaan
                  terhadap  norma-norma,  nilai-nilai,  atau  ajaran-ajaran  yang  bersifat  kekal
                  abadi. Mazhab ini esensinya berupaya menerapkan nilai-nilai atau norma-
                  norma yang bersifat kekal dan abadi, sehingga dianggap sebagai mazhab
                  yang ingin kembali kepada nilai-nilai kebudayaan masa lampau dalam arti
                  untuk membina kembali keyakinan akan nilai-nilai dasar masa silam sebagai
                  bekal menghadapi problematika kehidupan saat sekarang, kapanpun dan di
                  manapun berada.
                         Tokoh-tokoh  yang  dianggap  berpengaruh  terhadap  mazhab
                  perennialisme  adalah  Plato,  Aristoteles,  Thomas  Aquinas,  Augustino
                  Steuco, Sayyed Hossein Nasr.
                         Implementasi perennialisme dalam Pendidikan sebagai berikut: (1)
                  tujuan  Pendidikan:  membantu  peserta  didik  menyingkapkan  dan
                  menginternalisasikan  nilai-nilai  kebenaran  yang  abadi  agar  mencapai
                  kebijakan dankebaikan dalam hidup; (2) sekolah: embaga  yang  berperan
                  mempersiapkan    peserta    didik    untuk    terjun    ke    dalamkehidupan;  (3)
                  metode: membaca  dan  diskusi,  yaitu  membaca  dan mendikusikan  karya-
                  karya    besar    yang    tertuang    dalam    the    great  booksdalam  rangka
                  mendisiplinkan  pikiran;  (4)  kurikulum:  ersifat      subject  centeredberpusat
                  pada  materi  pelajaran;  (5)  siswa:    sebagai  subyek  sekaligus  inti  dalam
                  pelaksanaan pembelajaran; (6) guru: bertugas menolong membangkitkan
                  potensi yang dimiliki peserta didik yang masih terpendam, supaya menjadi
                  aktif  dan  nyata,  tidak  untuk  membentuk  maupun  memberi  kemampuan
                  kepada  peserta  didik  sehingga  tugas  seorang  pendidik  dalam  rangka
                  mempersiapkan peserta didik ke arah kematangan intelektual yang dengan
                  hal ini peserta didik dapat hidup bahagia untuk kebaikan hidup peserta didik
                  itu sendiri.


                                                                                         13
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26