Page 91 - FIKIH_MTs_KELAS_ IX_KSKK_2020
P. 91
a. Al Qur’an
َّ ْ ً ْ ْ ْ ْ ٌ ْ ٌ ً ْ ْ ْ
ْ
يﺬﻟا دؤﻴﻠ ﻓ اﻀﻌب ﻢﻜﻀﻌب ﻦﻣأ نإﻓ ةﺿﻮبﻘ ﻣ ناهرﻓ ابتاك اوﺪﺠت ﻢﻟو رﻔﺳ ىلﻋ ﻢتﻨﻛ نإو
ٍ
ْ
ْ
َّ
َّ
َّ
٥ ) ۲۳ :ةرﻘبﻟا( ﻪبر ﻪﻠﻟا ﻖتﻴﻟو ﻪ تﻧاﻣأ ﻦﻤتؤا
Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 283).
b. Hadis Nabi Saw.
ْ َّ ْ ْ
لّو ﻚﻨﻤ تئا ﻦﻣ ىلإ ةﻧاﻣلْا دأ - « ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟا ىلﺻ - ﻪﻠﻟا لﻮﺳر لاﻗ لاﻗ ةريره ىبأ ﻦﻋ
ْ ْ
)دواد ﻮبأ ﻩاور( ﻚﻧاﺧ ﻦﻣ ﻦﺨت
Artinya: ”Tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang berhak menerimanya
dan janganlah membalas khianat kepada orang yang menghianatimu.” (HR.
Abu Daud).
3. Rukun Wadi’ah
Rukun wadi’ah adalah hal pokok yang harus ada dalam akad wadi’ah. Jika ada
salah satu hal pokok tadi yang tidak terpenuhi maka akad itu menjadi tidak sah.
Rukun wadi’ah ada empat yaitu:
a. Orang yang menitipkan (al-mudi’ atau muwaddi’).
b. Orang yang dititip (al-muda’atau mustauda’).
c. Barang titipan (wadi’ah).
d. Sighat ijab kabul.
4. Syarat-syarat Wadi’ah
a. Syarat orang yang menitipkan (muwaddi’) dan orang yang dititipi (mustaudi’)
1) Baligh
Tidak sah melakukan akad dengan anak yang belum baligh. Namun,
ulama Hanafiyah memperbolehkan berakad dengan anak yang sudah
mumayyiz dengan persetujuan walinya.
2) Berakal sehat
Tidak sah berakad dengan orang gila atau orang yang sedang kehilangan
akal karena mabuk.
FIKIH MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX 75