Page 25 - Sejarah Islam Riau Rom B.pmd
P. 25

Dr. Ellya Roza, M.Hum

           arkeologi dan sosio-politik sangat diperlukan karena kajian histo-
           ris yang bersifat diakronis saja tidak cukup. Untuk memperoleh
           gambaran yang utuh perlu dilengkapi dengan analisis secara
                                                  12
           singkronis. Dengan demikian eksplanasi  historis yang terhasil
           diharapkan memadai serta mencukupi.

               Langkah kedua adalah kritik  karena data yang telah dite-
                                           13
           mukan dan dikumpulkan melalui tahapan heuristik harus diuji
           melalui kritik atau verifikasi yang terdiri dari kritik ekstern yang
           digunakan untuk menentukan sejauh mana otentisitas sumber
           dan kritik intern bertugas menjawab pertanyaan tentang kredibi-
           litas atau keterpercayaan sumber.

               Langkah ketiga adalah melakukan interpretasi yakni setelah
           melalui proses kritik. Menurut Sjamsuddin, interpretasi dilaku-
           kan dalam dua bentuk, yaitu análisis (menguraikan) dan síntesis
           (menyatukan). Dalam tahap ini digunakan teori atau konsep-
           konsep ilmu sosial untuk membantu menjelaskan fakta-fakta
                  14
           sejarah. Artinya, penelitian ini tidak hanya menghasilkan rekon-
           struksi sejarah naratif-konvensional, tetapi juga dengan pende-
           katan dari berbagai disiplin ilmu lain. Dengan demikian, teknik
           penulisan sejarah yang akan dihasilkan adalah deskripsi, narasi,
           dan analitis yang digunakan secara bersama. Kemudian untuk
                                                      15
           memperoleh gambaran yang utuh perlu dilengkapi dengan anali-
           sis secara singkronis. Dengan ini pula cara eksplanasi historis
           yang terhasil diharapkan memadai serta mencukupi.  16




           14  Sjamsuddin, Terjemahan A. Aji, Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak,
             2007, h.155-156
           15  Kartodirdjo, op.cit., h.121; lihat juga Sjamsuddin, op.cit., h.158.
           16  Lliod, op.cit. h.15.
           17  Garraghan, op.cit., h.34; Gottschalk, op.cit., h.143; Kuntowijoyo, op.cit., h. 89-105;
             Herlina, op.cit., h.17-60.

           14
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30