Page 77 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 77
“Uang kita sekarang cukup untuk pindah ke sebuah rumah
sederhana, mas. Menjauh dari mereka,” kata Leni.
“Mereka akan terus mengikuti kita, Len. Ini semua sudah
salah!”
“Kalau begitu, mas…kita harus bicara dengan Sardi!” kata
Leni.
“Iya…harus, Len!” kata saya.
Tok! Tok! Tok!
Saya kaget seketika mendengar suara ketukan pintu.
Sambil berdiri, saya membuka pintu, seorang perempuan
berusia sekitar dua puluhan terlihat berdiri di situ, dengan
wajah berantakan. Maskaranya luntur, matanya terlihat
sedikit bengkak, sepertinya habis menangis.
“Tolong saya, pak Ito!” katanya sambil kembali
mengucurkan air mata.
“Tolong saya!” perempuan itu bersujud memeluk kaki
saya.
“Astaga!” kata saya sambil menepis pelukan perempuan
itu di kedua kaki saya.
“Tolong jangan seperti ini, mbak!” saya menariknya
bangkit berdiri.
75