Page 74 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 74
“Deadline artikel tentang film terbaru bulan ini sudah harus
saya terima sejam lagi, Non!” kata Ella, editor kebanggaan
di harian Maju & Baca ini.
Dia lewat sambil menatap saya tajam, dan merapikan
letak kacamatanya.
“Si…siap, bos!” jawab saya sambil segera bergegas
kembali ke meja kerja saya. Prioritas pertama,
menyelesaikan deadline artikel ulasan film. Sedang dalam
proses….
*
Orang-orang dari berbagai lapisan usia serta dari
pakaiannya, mereka juga datang dari berbagai latar
belakang pekerjaan. Mereka semua terbagi ke dalam dua
barisan, bergerak menuju ke bukit kecil di dekat kontrakan
saya. Dengan wajah tenang dan khidmat, mereka
memenuhi bukit kecil itu dengan posisi menatap ke
bentang alam di hadapan mereka, yang menampilkan sisi
seluruh kompleks serta deretan gedung-gedung pencakar
langit. Mereka menatap ke langit senja, dan tanpa
dikomando, mereka menengadah, memejamkan mata.
Sekitar lima menit lamanya, mereka terpaku seperti itu,
kemudian mereka kembali terjaga, mata mereka kembali
sadar, tubuh mereka bergerak menuruni bukit, berhenti
sejenak di depan pintu kontrakan saya dan membungkuk
penuh hormat, lalu membubarkan diri secara tertib.
72