Page 70 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 70
Pak Broto asyik terpaku di hadapan layar laptopnya. “Ah!
Akhirnya!”
“Akhirnya kenapa, pak Broto?” tanya saya.
“Naik ke level 30, Non, itu tuh, game Fruit versus Zombie,”
kata pak Broto sambil tersenyum.
Dielus-elusnya kumis hitam berbentuk kubah setengah
lingkaran yang melekat di wajahnya itu. Unik, dan
sebenarnya memancing tawa, melihat pak Broto seperti
mengingatkan saya pada wajah seorang pelawak.
Untungnya saya lupa pelawak yang mana.
“Maaf, tadi kata Lily, saya dipanggil bapak ke sini,” kata
saya.
“Oh iya, sampai lupa. Artikel yang saya minta kamu
selesaikan kemarin itu boleh ditunda dulu deh,” katanya.
Saya segera mengucap syukur dalam hati. Yes!
Saya memang belum berniat mengerjakannya sama
sekali.
“Tapi saya ada tugas liputan di lapangan untuk kamu,”
“Saya? Tugas liputan lapangan?” saya terheran
mendengar perkataan pak Broto tersebut.
Sudah dua tahun sejak bekerja di kantor harian Maju &
Baca yang dipimpin pak Broto ini, saya selalu memohon
68

