Page 68 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 68
“Tanpa banyak bertanya, tanpa berpikir itu logis atau
tahayul. Semua ditelan mentah-mentah.”
“Kita tidak akan terseret ke masalah lain, mas?” tanya Leni
lagi.
“Uangnya kan mengalir lancar, mbak Len!” sambung Sardi
yang tiba-tiba muncul.
Saya menyerahkan amplop putih yang cukup tebal itu
kepada Leni, segera dibukanya, dikeluarkannya segepok
uang pecahan seratus ribu!
“Lima juta, mas!” kata Leni dengan mata berbinar-binar.
“Dipotong empat puluh lima persen untuk komisi saya,”
potong Sardi sambil tersenyum menatap kami.
“Empat puluh, Di!” kata saya menimpali. Dia tersenyum.
“Ya, maksudku begitu. Empat puluh persen.” Kata Sardi.
“Tadi kamu hampir saja digebukin sama anak orang, To,
pas menyemburkan air ke wajahnya…” Kami bertiga
saling berpandangan dan tertawa.
“Untungnya saya berhasil melihat masalah utama mereka,
Di, miskomunikasi antara ayah dan anaknya. Kita aman,
untuk sekarang,” kata saya.
“Kamu berbakat untuk jadi orang sakti beneran, To!”
katanya sambil mengacungkan jempol tangan kanannya.
66