Page 76 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 76

sedang  bersamadi,  menunggu  wangsit  ilmu  pamungkas
            dari langit. Gila!

            Hanya  butuh  waktu  dua  bulan,  dari  sebuah  sandiwara
            menjadi orang sakti, ide dari si Sardi, awalnya saya kira
            asal  sudah  cukup  untuk  melunasi  hutang  saya.  Toh,
            hampir semua orang yang datang minta pertolongan saya
            adalah  mereka  yang  sebenarnya  terlalu  takut  untuk
            menghadapi masalahnya sendiri. Datang ke saya hanya
            seperti  butuh  sebuah  afirmasi,  semacam  pengakuan
            bahwa  mereka  tidak  berdaya,  dan  saya  hanya
            memberikan  sedikit  nasehat,  dorongan,  atau  sesekali
            berpura-pura  minum segelas air dan  menyemburkan ke
            wajah mereka, dan abrakadabra!

            Seperti  sulap,  mereka  bilang  masalah  lenyap  seketika,
            dan  mereka  mulai  memuja  saya,  ada  yang  bahkan
            menyebut saya Nabi!

            “Kita  seharusnya  menyalahkan  Sardi  atas  semuanya,
            Len!” kata saya.

            “Karena  dia  pemicu  semua  kegilaan  ini  kan,  mas?”
            pertanyaan Leni saya balas dengan anggukan.

            “Tapi  tanpanya,  hutang  kita  tidak  lunas  dalam  waktu
            kurang  dari  sebulan,  mas.  Untuk  kebaikan  saya  dan  si
            Buyung…”

            “Itulah yang menjadi dilema saya, Len…Bagaimana kita
            berhenti  begitu  saja,  sementara  keadaan  sudah  seperti
            ini,”  saya  duduk  bersandar  di  balik  pintu.  “Apakah  kita
            harus melanjutkan kebohongan ini?”
                                     74
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81