Page 104 - LAYOUT_KUMPULAN_CERPEN_160222_Neat
P. 104

mengalir di kedua pipinya. Puluhan hari dilaluinya, menikam
          rindu, membunuh waktu dengan kesibukan menyusun laporan.

          Dia tetap bekerja seolah tidak terjadi apa-apa, bersembunyi di
          balik sebuah “penugasan”.

               Raina berusaha menjadikan laporan sesuai harapan Arya,
          seperti dalam diskusi-diskusi panjang mereka dulu. Namun

          saat laporannya terwujud dan kesibukannya terhenti, rindu
          hadir meluap tak terbendung. Menggugah kembali sadarnya,
          meninggalkan luka menganga di hatinya. Dia belum siap
          menerima kenyataan, bahwa Arya sudah pergi meninggalkannya
          selamanya.


               Raina masih tersedu, menghapus air mata yang tak
          berhenti mengalir, seolah mencoba menghapus duka di hatinya.
          Baginya, Arya bukan hanya mentor yang baik dan teman diskusi
          yang menyenangkan, dia juga calon pendamping hidup yang

          tepat  untuknya.  Raina  menatap  cincin  yang  melingkar  di jari
          manisnya. Kembali dia menangis, kali ini dalam diam. Dia belum
          berani menghadapi kenyataan kehilangan Arya.

                                        ***


               Ingatannya kembali ke malam itu, saat seperti biasa
          dia berdiri di dekat jendela,  sedang mengamati rancangan
          undangan pernikahannya dengan Arya yang sudah siap naik
          cetak. Saat itu, sebuah kontak dari nomor tak dikenalnya masuk

          ke ponselnya, mengabarkan mobil yang ditumpangi Arya




          92    Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109