Page 102 - LAYOUT_KUMPULAN_CERPEN_160222_Neat
P. 102
Pak Asep membawa dua cangkir kopi itu ke arah Raina. Raina
mengambil kopi latte kesukaannya dan kembali menghadap ke
luar jendela. Pak Asep berdiri sejenak, kemudian tersadar dan
menaruh cangkir lainnya di atas meja Raina. Pak Asep melangkah
pergi, menuju ke meja-meja yang perlu dirapikannya.
Raina menikmati kopinya, menyesapnya, sambil melihat ke
arah jalanan, kemacetan sudah sedikit berkurang.
“Kayaknya udah nggak macet deh, aku balik duluan ya,”
kata Raina kemudian, dilihatnya Arya berdiri menatap sisi lain
gedung kantor mereka, senyum melengkung tergaris di sudut
bibirnya. Arya hanya diam, tak berkata sepatah pun. Tapi senyum
itu yang selalu membuat Raina terpesona, seperti medan magnet
menarik seluruh hati dan pikirannya.
Raina menghela napas panjang, menaruh gelas kopinya
yang telah tandas dan mengambil tasnya, sesaat menatap
kembali laporannya, dan mengusapnya perlahan.
“Pak Asep, Raina pulang duluan ya,” kata Raina ke Pak Asep.
“Hati-hati Mbak,” jawab Pak Asep.
Pak Asep berjalan menuju meja Raina, menatap ke dua
cangkir yang teletak di atas meja itu. Kopi hitam itu masih utuh,
tak tersentuh. Pak Asep menatap ke arah jendela, menghela
napas perlahan, jendela itu masih terbuka. Angin malam
berembus, membawa aroma wangi bunga. Pak Asep segera
90 Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”