Page 24 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 24
Amir dan Suara Sumbang di
Tenda Terpal
Ahmad Efendi Yunianto*
Ia seharusnya sudah berada di rumah. Istrinya tengah
menunggu. Pria ini telah berjanji akan mengantar sang istri,
menjenguk mertuanya yang tengah sakit selepas Isya tadi. Tapi,
apa mau dikata, bukan kehangatan keluarga atau obrolan-
obrolan santai dengan saudara, ia kini justru harus duduk
bersama tukang becak, penjual angkringan, dan para tukang
ojek pengkolan yang sepi penumpang, di bawah atap terpal,
dengan hujan yang semakin deras.
Amir, begitu ia biasa dipanggil, sungguh apes malam itu.
Punggungnya basah dengan peluh keringat, bercampur kuyup air
hujan yang sejak Magrib tadi mengguyur Kota Jakarta. Nafasnya
terengah, hampir habis. Kedua lututnya memar. Dan sudah tentu
gawainya mati karena terkena air, tak dapat menghubungi siapa
pun.
12 Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”