Page 25 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 25

“Payah.” Keluhnya dalam hati. Ia mengeluhkan tenaganya,
            yang harusnya untuk ukuran pria empat puluh tahun, kaki dan

            nafasnya  masih  kuat  untuk  adu  sprint  dengan  anak-anak. Tapi
            malam ini, ia pontang-panting, dibikin kepayahan oleh  bocah
            yang menjambretnya.

                    “Akan kuseret kalian ke kantor polisi,” keluhnya dengan

            nafas yang sudah tidak beraturan.

                    Tadi, sesaat setelah pulang dari kantor, Amir mampir
            ke sebuah gerai untuk membeli martabak manis sebagai buah
            tangan. Ini kesukaan istrinya sejak mereka masih pacaran. Saat

            akan kembali, belum juga aplikasi taksi  online menemukan
            driver  untuknya  pulang, tangan  pegawai Badan  Pemeriksa
            Keuangan (BPK) ini ditarik. Tarikannya begitu kuat, sekonyong-
            konyong genggaman tangan kirinya lepas. Anak kecil, rambut
            ikal, tingginya tak sampai sedada-nya, dan memakai kaos bola

            berwarna merah, terlihat dengan tegang merebut tas dan
            kantong plastik di tangan kirinya.

                    “Hei,” teriaknya nanggung, karena begitu tangannya
            terlepas,  anak  itu  sudah  berlari  ke  seberang  jalan.  Di  sana,

            temannya yang satu lagi sudah menunggu, terlihat lebih kecil
            dari si penjambret.

                    “Co… pet,” katanya pelan, seolah tak percaya. Di bawah
            genteng  asbes, ia memandang seberang jalan yang terguyur

            hujan, terlihat si penjambret tadi menghampiri anak yang




                                               Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”  13
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30