Page 28 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 28
Orang lain di tenda angkringan tersebut hanya menatap
dengan raut muka seolah mengajukan pertanyaan serupa.
“Eh, gampangnya kita di kantor itu tugasnya meriksa sih,
Pak. Kalau nangkep koruptor nanti tugas KPK,” Amir mencoba
menjelaskan melalui kalimat yang sederhana. Walaupun
manggut-manggut, air muka orang-orang itu mengisyaratkan
bahwa jawaban itu belum memuaskan.
“Jadi, nih, misalnya nanti lembaga yang kita periksa ada
laporan keuangan yang aneh. Nah, KPK nanti bakal menyelidiki,
tuh,” mereka kembali mengangguk.
Amir tidak peduli apakah penjelasannya ini memuaskan
mereka atau tidak. Karena ia di sana bukan untuk sharing perkara
pekerjaan, tapi tengah mencari laptopnya yang dijambret.
“Mas, nanti gini aja, jika hujan sudah reda saya antar ke
kantor polisi,” ujar tukang becak kepada Amir.
Malam ini, seluruh Kota Jakarta menjadi kota hujan. Air
langit jatuh sepanjang malam di semua sudut kota. Selama itu
pula, Amir merasa terperangkap di tenda kecil itu tanpa tahu
harus berbuat apa. Kaki ngilu, bajunya basah, yang membuat
tubuhnya makin merasakan hawa dingin. Tak ada lagu-lagu Bon
Jovi atau Gun ‘n Roses kesukaannya, karena selama itu pula,
hanya kisah-kisah ganjil, menyedihkan, melalui suara sumbang
orang-orang di tenda tersebut, menjadi lagu yang menemani
kegetiran Amir malam itu.
16 Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”