Page 102 - Neurosains Spiritual Hubungan Manusia, Alam dan Tuhan
P. 102

163
              egaliter dan perasaan kasih sayang pada komunitas.  Individu dari
              kelas sosial yang lebih rendah menunjukkan peningkatan perhatian ke-
              pada orang lain dan sensitivitas yang lebih besar terhadap kesejahteraan
              orang lain dibandingkan dengan individu dari kelas sosial yang lebih
              tinggi, yang menunjukkan pola kognisi sosial yang lebih berorientasi
              pada diri sendiri. Akibatnya, individu kelas bawah lebih mungkin un-
              tuk terlibat dalam perilaku prososial bermanfaat lainnya, sedangkan
              individu kelas lebih tinggi cenderung terlibat dalam peri  laku mengun-
              tungkan diri sendiri. 164
                  Dalam studi lain, individu kelas yang lebih tinggi ditemukan ku-
              rang amal, kurang percaya, kurang murah hati, dan kurang memban-
              tu daripada individu kelas sosial yang lebih rendah. Temuan ini telah
                                                                        165
              diimplementasikan dalam perspektif sosial-kognitif di kelas sosial.
              Piff dkk. (2012) memberikan bukti bahwa individu kelas sosial yang
              lebih tinggi lebih mungkin untuk mengambil barang dari orang lain
              dan berbohong dalam negosiasi dan menunjukkan kecenderungan
              yang lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku tidak etis di tempat
              kerja (misalnya membuat panggilan telepon jarak jauh pribadi di tem-
              pat kerja atau membebani pelanggan untuk meningkatkan penjualan
              dan mendapatkan bonus lebih tinggi).
                                               166
                  Secara keseluruhan, temuan ini sejalan dengan arus utama psi-
              kologis, yang telah mengidentifikasi individu kelas yang lebih tinggi
              sebagai orang yang tidak terlalu baik atau bahkan orang jahat.  Na-
                                                                    167
              mun, seperti kata peneliti Ashley dan Dunn (2018), konsep diri dan
              163   P. K. Piff dkk., “Having Less, Giving More: The Influence of Social Class on
                Prosocial Behavior,” J Pers Soc Psychol 99, no. 5 (2010): 771–84. Doi: 10.1037/
                a0020092
              164   P. K. Piff dan A. R. Robinson, “Social Class and Prosocial Behavior: Current
                Evidence, Caveats, and Questions,”  Curr Opin Psychol 18, (2017): 6–10.  Doi:
                10.1016/j.copsyc.2017.06.003                                 Buku ini tidak diperjualbelikan.
              165   M. W. Kraus dkk., “Social Class, Solipsism, and Contextualism: How the Rich
                Are Different from the Poor,” Psychol Rev 119, no. 3 (2012): 546–72.
              166   P. K. Piff dkk., “Higher Social Class Predicts Increased Unethical Behavior,” Proc
                Natl Acad Sci U S A 109, no. 11 (2012): 4086–4091.
              167   J. E. Stellar dkk., “Class and Compassion: Socioeconomic Factors Predict Re-
                sponses to Suffering,” Emotion 12, no. 3 (2012): 449–459. Lihat juga P. K. Piff
                dkk., “Higher Social Class Predicts Increased Unethical Behavior,”  Proc Natl
                Acad Sci USA 109, no. 11 (2012): 4086–4091. 10.1073/pnas.1118373109
                                                       Social Connection  83
   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107