Page 36 - Akutansi Perbankan Syariah Kelas XI (Edit)_Neat
P. 36
Akuntansi Perbankan Syariah XI PS
F. Perlakuan Akuntansi Murabahah
Pengakuan dan Pengukuran
1. Pada saat perolehan, asset murâbahah diakui sebagai persediaan sebesar
biaya
perolehan.
2. Pengukuran aset murâbahah setelah perrolehan adalah sebagai berikut :
a. Jika murâbahah dengan pesanan mengikat maka (a) aset dinilai sebesar
biaya perolehan dan (b) jika terjadi penurunan nilai aset akrena usang,
rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan
nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset.
b. Jika murâbahah tanpa pesanan atau murâbahah dengan pesanan tidak
mengikat maka aset (a) dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai
bersih
yang dapat direalisasi,mana yang lebih rendah. (b) Jika nilai bersih yang
dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya
diakui sebagai kerugian.
3. Potongan pembelian aset murâbahah diakui sebagai berikut :
a. Jika potongan terjadi sebelum akad murâbahah, maka potongan diakui
sebagai pengurang biaya perolehan aset murâbahah.
b. Jika terjadi setelah akad murâbahah dan sesuai yang disepakati maka
bagian yang menjadi hak nasabah (a) dikembalikan kepada nasabah jika
nasabah masih berada dalam proses penyelesaian kewajiban, atau (b)
kewajiban kepada nasabah jika nasabah telah menyelesaikan
kewajibannya.
c. Jika terjadi setelah akad dan sesuai akad yang menjadi bagian hak
lembaga
keuangan syariah diakui sebagai tambahan keuntungan murâbahah.
d. Jika terjadi setelah akad murâbahah dan tidak diperjanjikan dalam akad
diakui sebagai pendapatn lain.
4. Pada saat akad murâbahah, piutang murâbahah diakui sebesar biaya
perolehan aset ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode
laporan keuangan, piutang murâbahah dinilai sebesar nilai bersih yang
dapat direalisasi yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian.
5. Keuntungan murâbahah diakui sebagai berikut :
a. Jika pembayaran keuntungan dilakukan secara tunai atau secara
tangguh diakui pada saat terjadinya akad murâbahah sepanjang masa
angsuran murâbahah tidak melebihi satu periode laporan keuangan,
atau
b. Jika akad malampaui satu periode laporan keuangan, maka keuntungan
diakui selama perode akad secara proporsional.
6. Jika menerapkan pengakuan keuntungan secara proporsional, maka jumlah
keuntungan yang diakui dalam setiap periode ditentukan dengan
mengalikan
prosentase keuntungan terhadap jumlah yang jatuh tempo pada periode
yang
bersangkutan. Prosentase keuntungan dihitung dengan perbandingan
antara
margin dan biaya perolehan aset. Alokasi keuntungan dengan
34