Page 444 - A Man Called Ove
P. 444
Fredrik Backman
Ada instruksi yang jelas dalam surat-surat itu mengenai
pemakaman, yang dalam keadaan apa pun tidak boleh
“dibesar-besarkan”. Ove tidak menginginkan upacara apa
pun, dia hanya ingin dilemparkan ke dalam tanah di samping
Sonja. Itu saja. “Tidak ada orang. Tidak ada keributan!”
katanya dengan tegas dan jelas kepada Parvaneh.
Lebih dari tiga ratus orang menghadiri pemakaman itu.
Ketika Patrick, Parvaneh, dan kedua gadis itu masuk,
ada orang-orang yang berdiri di sepanjang dinding-dinding
dan lorong-lorong. Semua orang memegang lilin menyala
bertuliskan “Dana Sonja”. Sebab Parvaneh telah memutuskan
menggunakan uang Ove untuk dana amal bagi anak-
anak yatim piatu. Mata Parvaneh bengkak oleh air mata,
tenggorokannya begitu kering hingga dia merasa seakan telah
beberapa hari tersengal-sengal mencari udara. Pemandangan
lilin-lilin itu melegakan sesuatu dalam napasnya. Dan ketika
Patrick melihat semua orang yang datang untuk mengucapkan
selamat tinggal kepada Ove, dia menyikut pelan pinggang
Parvaneh dan menyeringai puas.
“Sialan. Ove pasti membenci ini, bukan?”
Lalu Parvaneh tertawa. Sebab, Ove benar-benar akan
membenci pemakaman itu.
Malamnya, Parvaneh mengantarkan pasangan muda
yang baru menikah untuk melihat-lihat rumah Ove dan Sonja.
Perempuan muda itu sedang hamil. Matanya berkilat-kilat
ketika berjalan melewati ruangan-ruangan, seperti mata yang
berkilat-kilat ketika seseorang membayangkan kenangan-
kenangan masa depan anaknya menghampar di sana, di lantai.
439