Page 442 - A Man Called Ove
P. 442
Fredrik Backman
Musim panas berubah menjadi musim gugur dan musim
gugur berubah menjadi musim dingin. Dan, pada suatu
Minggu pagi yang sedingin es, hampir empat tahun semenjak
hari ketika Parvaneh dan Patrick memundurkan karavan ke
kotak surat Ove, Parvaneh terbangun seakan seseorang baru
saja meletakkan tangan beku di keningnya. Dia terbangun,
memandang ke luar jendela kamarnya, dan menengok jam.
Pukul delapan lewat seperempat. Salju belum dibersihkan
di luar rumah Ove.
Ove tampak seakan sedang tertidur sangat nyenyak.
Parvaneh belum pernah melihat wajah Ove tampak sedamai
itu. Si kucing berbaring di sisi Ove dengan kepala mungilnya
diletakkan dengan hati-hati di telapak tangan Ove. Ketika
melihat Parvaneh, perlahan-lahan, perlahan-lahan, kucing itu
berdiri, seakan baru saja memahami sepenuhnya apa yang
terjadi, lalu si kucing naik ke atas pangkuan Parvaneh. Mereka
duduk bersama-sama di sisi ranjang dan Parvaneh membelai
rambut tipis di kepala Ove hingga kru ambulans tiba di sana.
Lalu lewat kata-kata dan gerakan-gerakan halus dan
lembut, mereka menjelaskan bahwa mereka harus mengambil
jenazah itu. Lalu Parvaneh membungkuk dan berbisik,
“Sampaikan cintaku kepada Sonja dan terima kasihku karena
telah meminjamkan dirimu,” ke telinga Ove. Lalu dari meja
di samping ranjang, dia mengambil amplop besar bertulisan
tangan, “Untuk Parvaneh”, dan kembali menuruni tangga.
Isinya penuh dokumen dan sertifikat, rencana asli
rumah, buklet instruksi untuk pemutar video, buklet servis
untuk Saab. Nomor-nomor rekening bank dan dokumen-
dokumen polis asuransi. Nomor telepon pengacara yang
437