Page 437 - A Man Called Ove
P. 437

A Man Called Ove

                “Anak-anak menggambar untukmu,” kata Parvaneh
            sambil meletakkan kunci cadangan Ove ke dalam keranjang
            di samping telepon.

                Ketika melihat mata Ove sedang membaca huruf-huruf
            di pojok bawah salah satu gambar, Parvaneh tampak sedikit
            malu.
                “Mereka… maaf, Ove, jangan mengkhawatirkan apa yang
            mereka tulis! Kau tahulah seperti apa anak-anak. Ayahku
            meninggal di Iran. Mereka tidak pernah punya… kau tahulah
            ….”

                Ove tidak mengindahkan Parvaneh, hanya mengambil
            gambar-gambar itu dan pergi ke laci dapur.
                “Mereka bisa menyebutku apa pun yang mereka sukai.
            Kau tidak perlu ikut campur.”
                Lalu, Ove memasang gambar-gambar itu satu per satu
            di pintu kulkas. Gambar yang bertuliskan “Untuk Kakek”
            mendapat tempat teratas. Parvaneh berupaya untuk tidak
            tersenyum. Dan tidak berhasil dengan sangat meyakinkan.

                “Berhentilah terkikik dan buatlah kopi saja. Aku akan
            mengambil kotak-kotak barang dari loteng,” gumam Ove
            sambil terpincang-pincang menuju tangga.
                Jadi, malam itu Parvaneh dan kedua putrinya membantu
            Ove membereskan rumah. Mereka membungkus barang
            milik Sonja satu per satu dengan koran dan dengan cermat
            mengemas semua pakaian Sonja ke dalam kotak-kotak. Satu
            kenangan setiap kalinya. Dan, pada pukul sembilan lewat tiga
            puluh, ketika semuanya sudah selesai dan kedua gadis cilik
            itu sudah tertidur di sofa Ove dengan ujung jemari ternoda


                                       432
   432   433   434   435   436   437   438   439   440   441   442