Page 436 - A Man Called Ove
P. 436
Fredrik Backman
Parvaneh menggeleng dan tersenyum hangat kepada
dokter itu. “Itu saja?”
Dokter itu menutup arsipnya dengan pasrah.
“Jika dia minum obat, kami bisa menjaga penyakitnya
agar tetap terkendali. Tapi sulit untuk memastikan hal-hal
seperti ini. Mungkin perlu beberapa bulan atau beberapa
tahun.”
Parvaneh melambaikan tangan mengabaikannya.
“Oh, jangan khawatir soal itu. Jelas Ove BENAR-BENAR
PAYAH jika menyangkut kematian!”
Ove tampak cukup tersinggung dengan perkataan itu.
Empat hari kemudian, Ove berjalan terpincang-pincang
melintasi salju menuju rumahnya. Dia disokong Parvaneh
di satu sisi dan Patrick di sisi yang satu lagi. Yang seorang
memakai kruk, yang seorang lagi hamil, hanya itulah
penyokong yang kudapatkan, pikir Ove. Tapi itu tidak
diucapkannya; beberapa menit yang lalu Parvaneh baru saja
mengamuk ketika Ove tidak mengizinkannya memundurkan
Saab di antara rumah-rumah. “AKU TAHU, OVE! Oke! AKU
TAHU! Jika kau mengucapkannya sekali lagi, aku bersumpah
kepada Tuhan akan membakar plang sialanmu itu!” teriaknya
kepada Ove. Dan Ove merasa itu sedikit terlalu dramatis.
Setidaknya begitu.
Salju berderak di bawah sepatu Ove. Jendela-jendela
terang. Si kucing duduk di luar pintu, menunggu. Ada
gambar-gambar yang tersebar di seluruh meja di dapur.
431