Page 254 - RBDCNeat
P. 254
yang harus duduk di kursi roda karena mereka tidak bisa untuk
melangkahkan kedua kakinya."
Begitu acara dimulai, kami harus berbaris bersama
ribuan peserta lain. Panitia mengutamakan para peserta yang
menggunakan kursi roda untuk berada di baris paling depan
karena khawatir tersenggol oleh peserta lainnya, apalagi
peserta yang ikut hampir 2000 orang. Panitia harus bekerja
ekstra keras untuk mengatur kelancaran acara ini, apalagi
para pesertanya adalah orang-orang yang istimewa.
Dengan mengucapkan BISMILLAH acara Jalan Santai
pun dibuka. Kami berjalan bersama peserta lainnya. Aku ikut
berjalan bersama guru tercinta yang selalu mendampingiku.
Rute yang harus kami lalui cukup jauh, start dari Gedung Sate
dan finisnya ada di depan Dinas Pendidikan di Jalan Rajiman
Bandung.
Walaupun rutenya cukup jauh, guruku terus memberi
keyakinan bahwa aku bisa sampai garis finis dengan berjalan
kaki. Orang-orang yang melihatku jalan kaki dengan keadaan
yang seperti ini sempat menyuruh guruku agar menaikkanku
ke kursi roda atau naik motor karena khawatir kecapean.
Namun, ketika guruku keukeuh meyakinkanku untuk
terus berjalan hingga finis. Selama perjalanan guruku selalu
menyemangati, “Din, kamu bisa. Pemenangnya adalah Dini.
Kalau yang sampai duluan itu orang-orang yang memakai
kursi roda, itu bukan saingan. Pemenangnya tetap Dini karena
bisa sampai ke finis dengan berjalan kaki.”
Aku hanya bisa tersenyum sambil tetap berjalan untuk
218 | Roda Berputar dalam Cahaya