Page 257 - RBDCNeat
P. 257

tahu dari kemarin-kemarin.” tanyaku sedikit kecewa.

                  Aku lihat jangka waktu lomba yang sebenarnya sudah
              dimulai sejak lama, tapi kenapa memberi tahunya mendadak
              seperti ini? Padahal membuat sebuah puisi bukan sesuatu yang
              mudah, memerlukan waktu untuk mengumpulkan kata demi
              kata hingga terangkai menjadi sebuah puisi.
                  Guru tersebut hanya bisa tersenyum melihat ku yang
              sedikit protes. Mungkin awalnya pihak sekolah harus memilih-
              milih dulu siapa siswa yang bisa mewakili sekolah untuk ikut
              perlombaan puisi. Mungkin karena cara bicaraku yang terbata-
              bata sehingga dianggap belum layak untuk diikutkan dalam
              perlombaan tersebut.
                  Namun, ternyata setelah mereka mencar-cari siswa dan
              tidak ada yang cocok juga untuk diikutkan dalam lomba puisi,
              barulah aku yang dinominasikan. Sebeanrnya banyak temanku
              di sekolah yang cara berbicaranya lebih lancar dan jelas dari
              pada aku, tapi mereka belum bisa membaca dan menulis sendiri
              dan harus dibimbing. Sedangkan lomba puisi ini bukan hanya
              membaca, tapi juga menciptakan. Akhirnya pihak sekolah
              memilihku untuk ikut lomba puisi mewakili sekolah.

                  Sepulang sekolah aku tidak menyia-nyiakan waktu yang
              ada. Aku langsung menulis kata demi kata untuk menjadi
              sebuah puisi. Dengan perjuangan memeras otak dan bekerja
              keras agar bisa menghasilkan sebuah puisi, akhirnya aku bisa
              menyelesaikan sebuah puisi dengan judul “Damai Itu Indah”.
              Setelah selesai, aku berlatih vokal dan membaca puisi agar
              besok bisa menampilkan yang terbaik di hadapan para juri.



                                            Roda Berputar dalam Cahaya | 221
   252   253   254   255   256   257   258   259   260   261   262