Page 4 - TERE LIYE
P. 4
jahilnya berkurang."
Aku tidak terlalu paham kalimat Bapak. Bahkan aku tidak
mengerti benar arti 'keteguhan hati'. Bukankah aneh sekali,
selalu berbuat jahil malah disebut 'keteguhan hati'. Apanya
yang spesial?
Hal lain yang juga tidak kusukai dari Kak Burlian adalah ia
sering mengolok-olokku tentang 'menunggu rumah'. Nanti
kalian juga akan tahu maksud 'menunggu rumah' ini. Setiap
kali pergi bermain, dan aku ingin ikut, Kak Burlian sering
berseru kepadaku, "Kau tidak usah ikut kami, Amel. Kau
ditakdirkan menunggu rumah." Atau di lain kesempatan ia
nyeletuk, "Kau anak bungsu, Amel. Sejauh apa pun kau
pergi, tetap akan 'menunggu rumah', tidak bisa ke mana-
mana." Aku sebal mendengar kalimat itu, dan untuk yang
ini, aku tidak bisa mengadukannya kepada Mamak.
Itu ketiga kakakku.
Kembali lagi padaku. Kenalkan sekali lagi, namaku Amelia,
semua orang memanggilku 'Amel'. Tetapi sebenarnya-kalau
boleh-aku justru ingin sekali dipanggil dengan nama lain.
Bukan AmeT, bukan 'Meli', bukan juga 'Lia', melainkan 'Eli'.
Ya, itu benar, persis seperti panggilan kakakku yang nomor
satu, Eliana. Aku ingin dipanggil Eli, bahkan aku ingin
berubah menjadi Eli. Aku ingin menjadi kakak nomor satu,
sulung di keluargaku. Aku ingin berada di posisinya. Aku
ingin menikmati megahnya menjadi kakak pertama. Aku
bosan jadi anak bungsu karena tidak selalu menyenangkan
seperti yang kalian pikirkan.
Baiklah, cukup perkenalannya, mari kita mulai cerita
4 | www.bacaan-indo.blogspot.com